Aku,
Khansa dan Kuala Lumpur
Oleh
: Andi Himyatul Hidayah
“ … Ya Allah, segala yang aku cintai yang
telah
Engkau karuniakan kepadaku, jadikanlah
itu
sebagai kekuatanku untuk melakukan
hal-hal
yang Engkau sukai … “ (HR
At-Tirmidzi)
(Bagian Kedua dari Tiga Tulisan)
Baca Bagian Pertama : DI SINI
--------------------------------------
Kuala Lumpur dan Keputusan Memindahkan
Khansa di SIKL
Suamiku
yang kebetulan mendapatkan kesempatan melanjutkan studi PhD-nya di salah satu
Universitas ternama di Kuala Lumpur Malaysia melengkapi kesunyianku. Beberapa
tahun sebelumnya aku rela melepas kedua putra-putri tertuaku (Raihan dan
Ghariza) yang harus ‘mondok’ di Pesantren hafidz Al-Qur’an milik keluarga
Almarhum Anregurutta Lanre Said. Aku tentu dapat menghubungi dan mengunjungi
mereka kapan saja,
Namun,
keutuhan dan kebersamaan anggota keluarga dalam satu rumah menjadi harapan
indah terutama buat sang ibu. Tapi waktu terus berjalan, dan akan ada masa dimana
orang tua harus ikhlas melepas buah hatinya karena alasan menuntut ilmu di
tempat lain misalnya. Anak-anak akan pergi meninggalkan rumah satu per satu
adalah hal yang merisaukanku, tapi sesuatu yang tidak mungkin kuhindari. Pada
waktunya anak-anak akan pergi untuk menjemput masa depannya sendiri.
Keputusan
suamiku memboyong Khansa ke Kuala Lumpur awalnya cukup merisaukanku. Aku tentu
tidak membiarkan Khansa meninggalkanku di usianya yang masih sangat belia, sekalipun suamiku ada
disampingnya. Bila aku menyertainya akan memberatkan langkahku karena harus
menjauh dari putra-putri tertuaku yang tengah belajar di Pondok Pesantren.
Namun,
aku pun akhirnya menyambut keputusan suamiku, menyekolahkan Khansa (kelas III
SD) di Kuala Lumpur Malaysia, sekalipun keputusan itu sedikit terburu-buru. “Khansa
akan punya pengalaman baru, lagi pula biaya sekolah di sana masih cukup
terjangkau. SIKL (Sekolah Indonsia Kuala Lumpur) adalah sekolah Indonesia milik
KBRI di Malaysia dimana kurikulumnya sama dengan Sekolah di Indonesia”, kata
suamiku meyakinkanku. Aku kemudian menyanggupinya dengan harapanku Khansa akan mendapatkan
kesempatan. Kesempatan untuk
berinteraksi dengan teman-teman baru, pengalaman-pengalaman baru dari lingkungan
yang berbeda sebagai bekal untuk masa depannya nanti. Lagi pula di saat yang
bersamaan kehadiranku akan turut membantu suamiku untuk kelancaran studinya.
Di
penghujung September 2012, aku, Khansa dan kedua bocah kembarku (‘Ali dan ‘Ulayyah)
bertolak ke Kuala Lumpur. Aku berharap Kuala Lumpur menyambutku yang tidak
pernah kubayangkan kelak kami akan tinggal di kota ini. Berada di lingkungan
yang secara kultural tidak begitu berbeda dengan kota asal kami sedikit
melegakanku. Aku hanya berharap proses kepindahan Khansa ke sekolah barunya dapat
berjalan mulus.
Memasukkan
anak di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (Indonesian
School of Kuala Lumpur) sebetulnya bukan hal yang mudah. Seorang calon
peserta didik harus melalui proses testing dan memenuhi persyaratan
administrasi. Tapi kami beruntung karena semua persyaratan yang diperlukan
telah kami penuhi. Status suamiku sebagai pemegang student visa menjadi salah satu jalan mulus buat Khansa. Karena
kuota siswa yang terbatas untuk SIKL termasuk pertimbangan urusan visa tinggal,
maka prioritas diberikan kepada anak-anak yang orangtuanya adalah pekerja profesional,
ekspatriat, pelajar asal Indonesia atau anak dari orang tua pemegang IC merah/
IC biru (permanent resident).
Sekalipun
SIKL tetap mengikuti standar kurikulum seperti halnya sekolah di Indonesia,
tapi sekolah ini memiliki banyak keunggulan dibanding sekolah yang sama di
tanah air. SIKL sebagai pusat kegiatan pendidikan dan kebudayaan masyarakat
Indonesia di Malaysia dibina oleh tenaga-tenaga pendidik yang memiliki standar
kompetensi yang tidak diragukan. Semua satuan pendidikan SD, SMP dan SMA di
bawah binaan SIKL terakreditasi A oleh BAN S/M (Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah). Instrumen ini penting buat orang tua dalam mendapatkan
layanan pendidikan yang baik buat putra-putrinya.
Sekalipun
kami harus mengeluarkan biaya untuk proses kepindahan Khansa di SIKL, tapi kami
cukup puas dengan layanan pendidikan dan pengajaran dari pihak sekolah. Sesuatu
yang patut menjadi contoh buat sekolah-sekolah kita di Indonesia. Dalam upaya
meningkatkan wawasan dan keilmuan peserta didik misalnya, SIKL secara rutin
menyelenggarakan kegiatan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) bagi siswa berupa kegiatan luar sekolah
dengan mengunjungi tempat-tempat yang menjadi sumber pembelajaran siswa.
Disamping
itu, Khansa sangat menikmati program kelas tambahan gratis di luar jam sekolah (ekstrakokurikuler)
untuk seni rupa dan bahasa Inggeris yang disediakan oleh pihak sekolah. Ada
banyak pilihan lainnya antara lain : bela diri, seni musik dan seni tari. Kami
sangat apresiatif dengan kegiatan ekstrakokurikelr ini yang merupakan pilihan
bebas bagi siswa. Walaupun kadang-kadang bisa dibatasi sampai tiga pilihan.
Sudah
menjadi tugas rutin untukku mengurus semua keperluan Khansa, termasuk
membimbingnya ketika mengerjakan tugas-tugas sekolah. Hanya sesekali
menggantikan suamiku mengantar atau menjemput sekolah bila suamiku tidak sempat
karena kegiatan studinya. Untuk urusan ini aku hanya mengandalkan komuter (train) sekalipun aku harus jalan kaki
sejauh satu kilometer menuju stasiun kereta. Dua bocah kecil yang berumur 4
tahun, si kembar, selalu setia menjadi pengawalku.
Berada
di lingkungan SIKL serasa berada di negeri sendiri. Kebersamaan ibu-ibu SIKL (orang
tua siswa) terlihat akrab satu sama lain meskipun mereka punya latar belakang
yang berbeda-beda. Keakraban yang sangat ‘indonesia’, walaupun tidak sedikit
dari mereka sudah cukup lama bermukim di Malaysia. Kafetaria yang letaknya di
halaman depan SIKL kerap menjadi tempat pertemuan ibu-ibu SIKL di saat menunggu
anak-anak mereka pulang sekolah. Berbagi suka dan duka adalah hal yang lumrah.
Meskipun
baru dalam hitungan bulan, aku sangat gembira dengan kemajuan yang dialami putriku,
Khansa. Tidak hanya pada prestasi belajarnya, tapi juga pada kedisiplinannya,
terutama dalam menjaga waktu-waktu shalatnya. Berada di negeri rantau yang
tidak segalanya mudah, turut membentuk kepribadian putriku.
Bersambung ke Bagian Ketiga : BACA DI SINI
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.