Aku,
Khansa dan Kuala Lumpur
Oleh
: Andi Himyatul Hidayah
“ … Ya Allah, segala yang aku cintai yang
telah
Engkau karuniakan kepadaku, jadikanlah
itu
sebagai kekuatanku untuk melakukan
hal-hal
yang Engkau sukai … “ (HR
At-Tirmidzi)
(Bagian Terakhir dari Tiga Tulisan)
Baca Juga Bagian Kedua : DI SINI
---------------------------------------------
Kuala Lumpur, Sepotong Doa Buat Khansa
Hari
itu 26 November 2012 dimana Khansa mulai mempersiapkan diri menghadapi ujian
semesternya ketika sebuah traffic
accident menimpa diriku, Khansa dan suamiku. Di hari yang naas itu tepat 55
hari Khansa menjalani hari-harinya sebagai siswa SIKL. Tidak biasanya saya berkeinginan
menemani suamiku untuk menjemput Khansa pulang sekolah dengan mengendarai
sepeda motor. Entah firasat apa sehingga aku ‘ngotot’ turut menjemput Khansa
hari itu, sekalipun aku masih cukup lelah sepulang dari Singapura,
Ketika
kami bergerak pulang ke rumah hanya berjarak beberapa meter di depan PWTC (Putra World Trade Centre) yang belum
begitu jauh dari SIKL, sebuah mobil jeep kembara bergerak membabi buta ke arah
kami. Di tengah kejadian yang begitu cepat tanganku refleks merangkul tubuh
Khansa. Mendekapnya sebisa mungkin. Di saat yang bersamaan meluncur sepotong
doa dari bibirku, “Allahu Akbar,
Astagfirullah, Ya Allah, selamatkan Khansa dan suamiku”. Hanya hitungan detik … brakk … setelah itu segalanya menghilang dari pusat kesadaranku.
Walau
mataku masih terpejam, tapi entah berapa lama setelah itu bayangan tentang
kelima anakku hadir seperti mimpi dalam tidurku. Sesaat kemudian aku mulai merasakan
kehadiran diriku, benar-benar kaku tak berdaya. Sejumlah peralatan medis mulai
kurasakan menempel di tubuhku. Aku tidak segera dapat mengingat seluruhnya, tapi
bayangan anak-anakku menggetarkan doa di sela keheningan kalbuku. “Ya Allah, perkenankan hambamu ini untuk terus
bertahan demi putra-putriku”, doaku membatin sebelum keheningan itu datang
lagi.
Tujuh
belas hari tubuhku terbujur kaku di bangsal (ward) 6 Hospital Kuala Lumpur -- berjuang melawan maut -- . Tulang
lengan kiri, tulang rusuk, tulang paha kanan dalam kondisi fracture (patah), cedera di
bagian kepala, serta luka besar di betis kanan. Morfin terinjeksi secara berkala ke dalam tubuhku
untuk meredam rasa sakit yang luar biasa, membuatku kadang terhalusinasi
sebagai efek narcosis. Oksigen
tersuplai terus menerus untuk membantu paru-paruku yang sulit mengembang. Sementara
dokter harus melakukan tindakan operasi pemasangan proximal femoral nail untuk menyangga tulang paha kananku yang
patah.
Tragis,
aku baru mengetahui semuanya setelah kondisiku mulai membaik kalau Khansa dan aku
harus dievakuasi dari bawa mobil dimana ban mobil belakang berhenti tepat di
atas dada kiriku. Semua saksi mata yang melihat kami di tempat kejadian
menyangsikan bila aku dapat bertahan. Sementara Khansa yang dalam dekapanku ketika
itu tidak mengalami cedera sedikit pun. Subehanallah,
Allah Yang Maha Pengasih masih berkenan mendengar doaku. Doa seorang ibu.
Ketika
aku menulis kisah ini keadaanku belum sepenuhnya pulih. Aku dan Khansa menatap
panorama Kuala Lumpur dari balik jendela. Kuala Lumpur, kota yang mengajarkanku
arti dari sebuah pengorbanan, ketulusan, cinta dan rasa syukur.
Kuala
Lumpur, Juni 2013
Andi Himyatul Hidayah
****************************
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.