Monday 28 April 2014

Kenangan Tak Terduga di Ultah Ibu Dubes



Kenangan Tak Terduga di Ultah Ibu Dubes
(Bersama Ibu Ratna Andarwaty Herman Prayitno)



Hal yang lumrah bagi setiap orang untuk tidak melewatkan hari kelahiran sebagai hari yang istimewa. Peringatan hari ulang tahun dapat beragam coraknya. Beda bagi anak-anak dan beda pula pada orang dewasa. Perayaan ulang tahun bagi kanak-kanak biasanya bercorak warna-warni untuk membangkitkan suka cita dan kegembiraan bagi anak yang berulang tahun dan bagi teman mereka yang turut merayakan. Bagi orang dewasa biasanya sangat bergantung pada lingkungan dan momentum person yang berulang tahun.

Dulu ketika masih kanak-kanak, saya pun kerap merayakan ulang tahun, namun  tidak seheboh anak-anak zaman sekarang. Hanya ucapan selamat ulang tahun terbatas sekedar syukuran kecil-kecilan dalam rumah. Bahkan ketika lulus SD, nyaris terlewati tanpa perayaan kecuali hadiah yang kerap datang dari saudara. Momentum ulang tahun bagi orang dewasa beranjak kearah yang lebih positif, misalnya ajang mempererat tali silaturrahim dengan kerabat, teman kantor dan sebagainya.

Masih cerita soal ulang tahun, dan ini ketika turut menghadiri jemputan (undangan) ulang tahun Ibu Dubes (Istri Dubes RI di Malaysia). Momen hari ulang tahun Ibu Ratna Andarwaty Herman Prayitno (Istri Duta Besar RI di Malaysia) yang oleh Ibu Dubes dan keluarga KBRI Kuala Lumpur dimanfaatkan sebagai ajang silaturrahmi dengan masyarakat Indonesia di Malaysia dari berbagai unsur organisasi.

Persatuan Istri Dosen Asal Indonesia di Malaysia (PERISAI) merupakan salah satu organisasi perempuan Indonesia di Malaysia yang kerap dilibatkan dalam kegiatan Darma Wanita Persatuan (DWP) maupun dalam kegiatan yang digelar oleh pihak Keluarga KBRI.

Hari itu, Selasa, 8 April 2014, menjadi catatan tersendiri bagi saya pribadi di saat turut menghadiri acara ulang tahun Ibu Dubes tersebut. Betapa tidak, di saat yang bersamaan ternyata saya juga sedang berulang tahun. Tentu bukan karena lupa atau benar-benar lupa, tapi sudah menjadi kebiasaan melewatkan ulang tahun sering hanya dengan suami dan anak-anak. Namun, ini menjadi satu kenangan tak terduga bersama Ibu Ratna Andarwaty Herman Prayitno (Istri Duta Besar RI di Malaysia) di Hari Ulang Tahun Beliau.

Sejak berdomisili di Malaysia, pertemuan saya dengan Ibu Ratna Andarwaty di hari ultahnya itu memang bukanlah pertemuan pertama. Ada beberapa hal yang membuat saya terkesan mengenal Ibu Ratna Andarwaty, seorang perempuan, Ibu, dan Istri dari seorang pejabat Negara. Kesan seorang Ibu yang begitu terbuka, bersahaja, dan mudah akrab dengan siapa saja. Tidak sedikitpun terkesan eksklusif di setiap kesempatan bersilaturahmi dengan beliau.

Ibu Ratna Andarwaty adalah istri dari Bapak Marsekal TNI Pur Herman Prayitno, Duta Besar Republik Indonesia Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Malaysia menggantikan Bapak Jenderal Polisi Pur Dai Bachtiar. Bapak Herman Prayitno lahir di Yogyakarta, 9 Januari 1951 dengan jabatan formal Kepala Staf TNI AU dari 13 Februari 2006 hingga 28 Desember 2007. Mungkin benar ungkapan yang mengatakan di balik pria yang sukses akan selalu ada perempuan luar biasa. Sukses untuk Ibu Ratna, dan terima kasih sudah menyampaikan selamat ulang tahun untuk saya di hari ultah Ibu Ratna. @ Andi Himyatul Hidayah.

**********************

 

Sunday 27 April 2014

Berpartisipasi dalam Pemilu 2014



Berpartisipasi dalam Pemilu 2014

(Segores Catatan dari Kuala Lumpur)



Tahun 2014 merupakan tahun bersejarah bagi Negara Indonesia. Dimana pada tahun 2014 digelar pesta rakyat untuk memilih wakil rakyat dan pemimpin yang dapat membawa perubahan menuju Indonesia lebih baik. Suatu pesta demokrasi yang ke-11 (sebelas) sejak pertama digelar di tahun 1955. Pemilu 2014 adalah pemilu ke-4 (empat) sejak Masa Reformasi (1999).

Proses pemungutan suara pemilu 2014 di Malaysia, khususnya di Kuala Lumpur dilaksanakan pada tanggal 6 April 2014 untuk Pemilu Legislatif melalui drop box. Berlangsung lebih awal dimana di dalam negeri pelaksanaannya serentak pada 9 April. Sejak pagi hari Warga Negara Indonesia (WNI) berbondong-bondong mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) untuk menyalurkan hak pilih mereka dalam memilih anggota legislatif yang akan menjadi wakil di DPR RI Pusat.

Pemilu 2014 memberi kesan tersendiri bagi kami.  Ini yang pertama kalinya mengikuti Pemilu di luar negeri sejak  kami menetap di Kuala Lumpur, Malaysia. Akan selalu menjadi harapan bagi sebuah pemilu dimana pelaksanaannya dapat berjalan lancar, aman, jujur dan adil. Melalui pemilu yang Jurdil akan menghasilkan wakil rakyat dan pemimpin yang sesuai dengan harapan rakyat Indonesia. Wakil rakyat dan pemimpin yang mampu memperjuangkan kesejahteraan bangsa Indonesia di masa mendatang.

Tingkat partisipasi WNI wajib pilih yang masih jauh dari maksimal menjadi persoalan yang kompleks untuk penyelenggaraan pemilu Luar Negeri. Walaupun agaknya Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Perwakilan Republik Indonesia – Kuala Lumpur telah bekerja secara maksimal dalam penyelenggaraan pemilu kali ini. Semoga Pemilu untuk pemilihan presiden (pilpres) bulan Juli 2014 dapat berlangsung lebih baik. Dan, Bangsa Indonesia dapat memilih pemimpin yakni presiden dan wakil presiden yang akan mengantarkan Indonesia menjadi negara yang kuat dan disegani di dunia Internasional.  @ Andi Himyatul Hidayah

****************


Tuesday 15 April 2014

Mengintip Penampungan TKI Bermasalah di Shelter KBRI Kuala Lumpur



Mengintip Penampungan TKI Bermasalah di Shelter KBRI Kuala Lumpur
Oleh : Andi Himyatul Hidayah



Tidak semua TKI yang datang ke negeri Jiran bernasib baik. Di antara mereka ada juga yang kurang beruntung dan menghadapi  berbagai masalah. Misalnya, seringkali pada TKI/TKW tertipu agen,  masalah keimigrasian atau masalah dengan majikan. Lalu, bagaimana pihak KBRI  di Malaysia menangani dan menampung TKI bermasalah itu ? Tulisan berikut merupakan catatan dari salah satu kegiatan bakti sosial ke Shelter, KBRI Kuala Lumpur bersama PERISAI (Persatuan Istri Dosen Asal Indonesia di Malaysia) pada tanggal 16 Juli 2013.  Catatan lama yang mungkin ada baiknya untuk disharing sekedar untuk berbagi.

Shelter adalah tempat penampungan sementara TKI baik yang terlantar maupun yang sedang mengalami masalah atau sedang dalam proses penyelesaian masalah. Berdasarkan tabloid CARAKA yang diterbitkan oleh KBRI Kuala Lumpur, Edisi 55/13, November 2013, bahwa KBRI Kuala Lumpur sejak tahun 2004 telah membangun tempat penampungan sementara (Shelter), khususnya untuk TKI/TKW bermasalah. Shelter ini terletak di belakang gedung KBRI Kuala Lumpur dengan kapasitas 60 orang yang dikelola oleh fungsi konsuler dan tenaga kerja KBRI Kuala Lumpur.

Namun, belakangan ini tempat penampungan tersebut kerap melebihi kapasitas. Contohnya pada tahun 2010 penghuni shelter melebihi 162 orang perempuan dewasa dan 3 bayi.  Untuk memecahkan  masalah tersebut, KBRI bersama pihak CIMB dan CIMB Niaga merintis kerja sama untuk menyediakan bangunan untuk menampung para WNI / TKI bermasalah. Bangunan tersebut dinamakan “Rumah Kita” yang memiliki arti bahwa tempat tersebut merupakan rumah bersama bagi para penghuninya yang sedang menunggu penyelesaian kasus yang dibantu KBRI Kuala Lumpur.

Menurut Rien Erliana, seperi dikutip dari tabloid Caraka bahwa para penghuni shelter dan Rumah Kita (RK) yang berusia 18 tahun hingga 72 tahun, tidak hanya makan dan  tidur saja sembari menunggu kasus mereka selesai. Mereka diberi kegiatan yang berguna seperti senam pagi, mengikuti pengajian, dan kegiatan keterampilan.

KBRI Kuala Lumpur menyeleksi WNI/TKI bermasalah untuk jadi penghuni shelter  dan Rumah Kita. Karena para penghuni RK biasanya adalah para WNI TKI yang penyelesaian kasusnya masih lama, atau kasus yang sudah selesai dan masih harus menunggu check out memo dari jabatan Imigresen Malaysia dalam kurun waktu 1 - 2 bulan.

Penanganan WNI/TKI bermasalah oleh pihak KBRI Kuala Lumpur ini agaknya patut diapresiasi. @ Andi Himyatul Hidayah


*************

Friday 11 April 2014

Anak Kembar, Mengajarkanku Bagaimana Memahami Rasa Adil


Anak Kembar, Mengajarkanku Bagaimana Memahami Rasa Adil


Oleh : Andi Himyatul Hidayah



Kebanyakan orang tua tentu berharap agar dapat berlaku adil pada anak-anaknya. Demikian ketika di masa-masa awal menimang bayi kembar, kebetulan keduanya berjenis kelamin berbeda. Saya berusaha  melakukan segala sesuatu yang sama, karena saya ingin memastikan bahwa satu anak tidak mendapatkan perlakuan istimewa. Saya seringkali khawatir melakukan tindakan berbeda yang akan berakibat satu anak merasa tenang dan satu lainnya merasa tidak nyaman. Untuk memastikan bahwa setiap bayi memiliki kesempatan yang sama untuk meraih keberhasilan dalam hidupnya -- saya merasa -- saya harus membuat hal-hal yang sangat seimbang.

Namun, Ali dan Ulayyah mengajarkan saya dengan cepat bahwa mereka adalah bayi dengan pribadi yang berbeda. Sebagai contoh, ketika Ali sedang sakit dan memerlukan perhatian lebih, sementara Ulayyah hanya mampu berinteraksi dengan saya dari kursi boxnya. Jika di saat yang bersamaan saya dipaksa meraih Ulayyah, maka Ali akan menangis dan Ulayyah terganggu. Ini akan berakibat kedua bayi itu akan menangis.

Beberapa bulan berikutnya, kebutuhan mereka benar-benar terbalik. Melalui kasus seperti di atas, saya belajar bahwa saya harus memberikan kesetiaan yang teliti untuk segala hal dengan seimbang, dan bukannya bertindak sesuka hati melakukan apa yang benar untuk masing-masing bayi. Sangat penting mengajarkan anak kembar kami perbedaan-perbedaan penting tersebut sebagai bekal di saat mereka dewasa.

Ini adalah pelajaran hidup (life lessons), dengan mengajari mereka bahwa keadilan tidak selalu sama dengan kesetaraan. Pelajaran seumur hidup yang penting untuk mereka pelajari. Ini akan mendorong mereka untuk mengeksploirasi dan bersuka cita dalam individualitas mereka. “Orang tua tidak memperlakukan saya persis sama seperti saudara saya karena saya orang yang unik dan berbeda”. Dengan cara menunjukkan mereka bahwa penanganan yang tepat bagi satu orang tidak selalu tepat untuk yang lain, maka kita mengajari mereka perspektif menerima (taking), empati (empathy), dan toleransi sosial (social tolerance). “Sekarang Ibu harus lebih banyak dengan Ali, karena Ali sakit dan saya tidak”.

Beberapa petunjuk bagaimana mengajarkannya kepada anak kembar :

  1. Beri penghargaan (reward) pada perilaku positifnya. Hal ini akan memberikan pengajaran bahwa perilaku positif berdampak pada perlakuan yang berbeda. Mereka (si Kembar) lebih mungkin untuk memahami mengapa perilaku negatif juga harus diperlakukan berbeda.
  2.  Mendorong kepribadian (individuality) anak kembar. Memahami bahwa mereka adalah unik. Mereka dapat membangun toleransi untuk menerima perlakuan yang berbeda berdasarkan kebutuhan individu.
  3. Mendorong anak kembar untuk saling berbagi (sharing). Mereka tumbuh menjadi anak-anak yang murah hati. Spirit yang akan mengurangi hasrat mereka untuk memiliki segala sesuatu yang  harus sama.
  4. Model keadilan yang diletakkan pada pemenuhan  kebutuhan individu dan bukan pada hasrat.
  5. Berikan pilhan pada anak-anak (si kembar). Belajar bahwa adanya pilihan dalam hidup akan membangun pemahaman mereka tentang mengapa orang tua dapat memilih untuk memperlakukan setiap anak  seringkali berbeda.
  6. Ketika mendisiplinkan anak, pertimbangkan memberinya dua pilihan. Sejak mereka mengambil pilihannya, anak-anak akan lebih mungkin untuk merasakan perlakuan yang adil.
  7. Bila anak Anda mengatakan sesuatu yang tidak adil, jelaskan mengapa orang tua memperlakukan mereka berbeda. Ini mungkin tidak segera memuaskan mereka -- tapi seiring waktu -- anak-anak akan memahami konsep bahwa ada alasan untuk tindakan orang tuanya.
  8. Ketika usia mereka mulai beranjak, biarkan mereka mengelola konflik atas rasa adil pada dirinya sendiri. Ini akan mengajarkan mereka bahwa tindakan dan sikap positif sering mengakibatkan perlakuan positif yang istimewa – perlakuan yang adil tetapi tidak setara – “Sementara Dede sedang tidur, dengan diam-diam saya menyelesaikan pekerjaan rumah (PR) saya. Karena itu saya bebas bermain dengan Satria dengan tambahan waktu lima belas menit, sementara Dede yang ikut bermain bersama kami harus segera pulang untuk mengerjakan PR-nya. Ini membuat Dede merasa kesal”.
Akhirnnya, di lain waktu mungkin Anda sebagai orang tua merasa bersalah karena berfikir tidak memberikan perlakuan yang sama pada anak-anak kembar Anda. Takut Anda akan diinterupsi,  Ini tidak adil !”. Tapi ingat bahwa keadilan dan kesetaraan tidak selalu identik. – dan anak-anak kembar kita tidak seharusnya menjadi bagian dari kesalahpahaman itu – Kita sedang melakukan sesuatu yang akan memberikan modal dasar kepada anak-anak kita  dengan mengajarkan mereka secara dini bagaimana membedakan antara keduanya; keadilan dan kesetaraan ! @ Andi Himyatul Hidayah


BACA JUGA :



****************************