Bagian Ketiga :
MENCERMATI PENGEMBANGAN SEDIAAN FARMASI
DALAM PERSPEKTIF SEJARAH DAN
TUNTUNAN SYARIAT ISLAM
Oleh
:
Surya
Amal
Himyatul
Hidayah
(Prodi Farmasi FIK Universitas Darussalam Gontor)
Baca Bagian Kedua
----------------------------
C.
Obat
Herbal dan Obat Bersumber Bahan Alam
Penggunaan
herbal untuk mengobati penyakit bersifat universal di kalangan masyarakat
non-industri, dimana harganya seringkali dianggap lebih terjangkau dibanding
obat-obat modern. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80
persen dari populasi beberapa negara Asia dan Afrika saat ini menggunakan obat
herbal untuk beberapa aspek pelayanan kesehatan primer. Studi di Amerika
Serikat dan Eropa telah menunjukkan bahwa penggunaan obat-obat herbal untuk
kepentingan klinis belum bersifat umum, tetapi fakta ini meningkat dalam
beberapa tahun terakhir setelah obat-obat herbal dengan bukti ilmiah tentang
efektifitasnya lebih banyak tersedia.
Sekarang,
efek karakterisasi farmakologi dan biologi dalam pengobatan herbal menjadi
lebih kompetitif dan kompleks dengan keterlibatan dalam penelitian para ahli
untuk membedakan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmiah, termasuk botani,
kimia, biokimia, imunologi, biologi
molekular dan bioinformatika. Ilmu pengetahuan tersebut menjadi sangat
mengesankan untuk beberapa dampak dalam bidang ilmiah. Sewaktu-waktu pengobatan
herbal dan spiritual bukan tidak mungkin akan menjadi pilihan pertama untuk
kesehatan.
Mengutip
dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam bukunya Thibbun Nabawi, yang dalam Edisi
Bahasa Indonesia oleh Penerbit Hikam Pustaka dengan judul Praktek Kedokteran
Nabi S.A.W, di bawah ini beberapa obat dan penggunaannya untuk menambah
referensi dan bahan kajian ilmiah.
1. Sitrun (Utrujj)
Dalam Shahih Bukhari Muslim
diriwayatkan bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda : “Perumpamaan seorang mukmin
yang membawa Al-Qur’an adalah seperti ‘Utrujah, rasanya enak dan baunya harum”.
Bagian-bagian sitrun seperti kulit,
daging, buah, zat asam, dan biji bermanfaat sebagai obat. Antara lain bersumber
dari Al-Qaanuun bahwa “perasan kulit sitrun berkhasiat mengobati luka gigitan
ular, sedangkan kulitya digunakan sebagai pembalut untuk gigitan ular. Abu
bakaran kulitnya digunakan sebagai salep yang efektif melawan lepra”. Sementara
Al-Ghifari berkata, “Daging buah sitrun dapat menyembuhkan anyang-anyangan jika
dimakan”.
2. Beras Ketan (Arz
/ Syanaubar)
Biji beras ketan mempunyai sifat
melembutkan, mematangkan, dan agak lengket yang dapat dicegah bila direndam
dengan air. Khasiat biji ketan antara lain; membantu menyembuhkan batuk,
menghilangkan uap yang terakumulasi dalam paru-paru, dan menambah produksi
sperma.
3. Celak (Itsmid)
Celak berkhasiat menguatkan mata dan
saraf mata, menghilangkan daging berlebihan di sekitar koreng dan menutup luka
sewaktu membersihkan wilayah sekitarnya.
4. Buah Ara (Tin)
Buah Ara atau Tin berkhasiat
menghancurkan batu (ginjal) dan membersihkan kandung kencing di ginjal dan
berkhasiat melawan racun, membersihkan liver dan limpa, membersihkan lendir
dalam perut. Galenius menandaskan, “Bila dimakan bersama buah badam dan buah
rue, selama tidak mengonsumsi racun mematikan, akan berkhasiat menjaga tubuh
dari berbagai unsur berbahaya.”
5. Jinten Hitam
(Habbatus Saudaa)
Dinyatakan dalam Shahih Bukhari Muslim
dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Salamah bahwa Abu Hurairah r.a meriwayatkan
dari Rasulullah S.A.W. yang bersabda : “Hendaklah kalian menggunakan habbatus
saudaa karena ia mengandung obat untuk setiap penyakit, kecuali kematian”.
Saat ini Jinten Hitam telah dikemas
dalam berbagai bentuk sediaan herbal sebagai obat.
6. Cress/Seledri Air
(Hurf)
Khasiat seledri sebagai obat
disebutkan antara lain; obat cacing, mendekomposisi tumor limpa, membangkitkan
gairah seksual, menyembuhkan kudis dan herpes.
7. Daun Kemangi/
Daun Ruku-Ruku (Raihan)
Imam Muslim meriwayatkan dalam
shahih-nya bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda : Siapa saja yang diberi raihan, janganlah menolaknya karena ia
ringan dan memiliki bau yang harum”.
Disebutkan khasiatnya sebagai obat
antara lain : menghentikan diare, penyakit kuning, tumor di dua ureter jika
diborehkan di atasnya. Jika seseorang berendam di dalam raihan yang dimasak, maka air itu dapat mengobati infeksi di pantat
dan vagina.
Disamping yang telah disebutkan di
atas terdapat pula seperti Buah Delima (Rumman), Minyak Zaitun (Zait), Jahe
(Zanjabil), Kayu Siwak (Siwak), dan lain-lain.
Patut pula
dicacat bahwa Farmasi Islam telah memperkenalkan kurang lebih 2000 bahan obat
baru termasuk adas manis, kayu manis, cengkeh, senna, kamper, cendana, musk, cassia, asam, pala, aconite,
dan merkuri. Mereka juga telah memperkenalkan ganja sebagai obat bius (untuk
tujuan anastesi). Untuk pengembangan bentuk-bentuk sediaan obat untuk
pertamakalinya mereka sudah mengembangkan bentuk sediaan berupa sirup, pil,
elixir, permen, tinktur, dan inhalansi. Apoteker Muslim ketika itu telah mulai
melakukan penyelidikan ilmiah tentang komposisi, dosis, penggunaan, dan efek
terapi obat (Zakaria Virk dalam Muslim Contribution to Pharmacy). Sebagai contoh dapat dicermati dari
sebuah pernyataan yang
dikutip dari Rhazes “When the disease is
stronger than the natural resistance of the patient, medicine is of no use.
When the patient’s resistance is stronger than the disease, the physician is of
no use. When the disease and the patient’s resistance are equally balanced, the
physician is needed to help tilt the balance in the patients favour”.
(Saad, B. 2014)
BERSAMBUNG KE BAGIAN KEEMPAT
------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.