Thursday 24 December 2015

Obat Herbal dan Obat Bersumber Bahan Alam



Bagian Ketiga :
MENCERMATI PENGEMBANGAN SEDIAAN FARMASI
DALAM PERSPEKTIF SEJARAH DAN
TUNTUNAN SYARIAT ISLAM

Oleh :
Surya Amal
Himyatul Hidayah
(Prodi Farmasi FIK Universitas Darussalam Gontor)

----------------------------

C.   Obat Herbal dan Obat Bersumber Bahan Alam

Penggunaan herbal untuk mengobati penyakit bersifat universal di kalangan masyarakat non-industri, dimana harganya seringkali dianggap lebih terjangkau dibanding obat-obat modern. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80 persen dari populasi beberapa negara Asia dan Afrika saat ini menggunakan obat herbal untuk beberapa aspek pelayanan kesehatan primer. Studi di Amerika Serikat dan Eropa telah menunjukkan bahwa penggunaan obat-obat herbal untuk kepentingan klinis belum bersifat umum, tetapi fakta ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir setelah obat-obat herbal dengan bukti ilmiah tentang efektifitasnya lebih banyak tersedia. 

Sekarang, efek karakterisasi farmakologi dan biologi dalam pengobatan herbal menjadi lebih kompetitif dan kompleks dengan keterlibatan dalam penelitian para ahli untuk membedakan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmiah, termasuk botani, kimia,  biokimia, imunologi, biologi molekular dan bioinformatika. Ilmu pengetahuan tersebut menjadi sangat mengesankan untuk beberapa dampak dalam bidang ilmiah. Sewaktu-waktu pengobatan herbal dan spiritual bukan tidak mungkin akan menjadi pilihan pertama untuk kesehatan. 

Mengutip dari Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam bukunya Thibbun Nabawi, yang dalam Edisi Bahasa Indonesia oleh Penerbit Hikam Pustaka dengan judul Praktek Kedokteran Nabi S.A.W, di bawah ini beberapa obat dan penggunaannya untuk menambah referensi dan bahan kajian ilmiah. 

1.      Sitrun (Utrujj)
Dalam Shahih Bukhari Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda : “Perumpamaan seorang mukmin yang membawa Al-Qur’an adalah seperti ‘Utrujah, rasanya enak dan baunya harum”.
Bagian-bagian sitrun seperti kulit, daging, buah, zat asam, dan biji bermanfaat sebagai obat. Antara lain bersumber dari Al-Qaanuun bahwa “perasan kulit sitrun berkhasiat mengobati luka gigitan ular, sedangkan kulitya digunakan sebagai pembalut untuk gigitan ular. Abu bakaran kulitnya digunakan sebagai salep yang efektif melawan lepra”. Sementara Al-Ghifari berkata, “Daging buah sitrun dapat menyembuhkan anyang-anyangan jika dimakan”.

2.    Beras Ketan (Arz / Syanaubar)
Biji beras ketan mempunyai sifat melembutkan, mematangkan, dan agak lengket yang dapat dicegah bila direndam dengan air. Khasiat biji ketan antara lain; membantu menyembuhkan batuk, menghilangkan uap yang terakumulasi dalam paru-paru, dan menambah produksi sperma. 

3.    Celak (Itsmid)
Celak berkhasiat menguatkan mata dan saraf mata, menghilangkan daging berlebihan di sekitar koreng dan menutup luka sewaktu membersihkan wilayah sekitarnya.

4.    Buah Ara (Tin)
Buah Ara atau Tin berkhasiat menghancurkan batu (ginjal) dan membersihkan kandung kencing di ginjal dan berkhasiat melawan racun, membersihkan liver dan limpa, membersihkan lendir dalam perut. Galenius menandaskan, “Bila dimakan bersama buah badam dan buah rue, selama tidak mengonsumsi racun mematikan, akan berkhasiat menjaga tubuh dari berbagai unsur berbahaya.”

5.    Jinten Hitam (Habbatus Saudaa)
Dinyatakan dalam Shahih Bukhari Muslim dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Salamah bahwa Abu Hurairah r.a meriwayatkan dari Rasulullah S.A.W. yang bersabda : “Hendaklah kalian menggunakan habbatus saudaa karena ia mengandung obat untuk setiap penyakit, kecuali kematian”.
Saat ini Jinten Hitam telah dikemas dalam berbagai bentuk sediaan herbal sebagai obat.

6.    Cress/Seledri Air (Hurf)
Khasiat seledri sebagai obat disebutkan antara lain; obat cacing, mendekomposisi tumor limpa, membangkitkan gairah seksual, menyembuhkan kudis dan herpes.

7.    Daun Kemangi/ Daun Ruku-Ruku (Raihan)
Imam Muslim meriwayatkan dalam shahih-nya bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda : Siapa saja yang diberi raihan, janganlah menolaknya karena ia ringan dan memiliki bau yang harum”.

Disebutkan khasiatnya sebagai obat antara lain : menghentikan diare, penyakit kuning, tumor di dua ureter jika diborehkan di atasnya. Jika seseorang berendam di dalam raihan yang dimasak, maka air itu dapat mengobati infeksi di pantat dan vagina.

Disamping yang telah disebutkan di atas terdapat pula seperti Buah Delima (Rumman), Minyak Zaitun (Zait), Jahe (Zanjabil), Kayu Siwak (Siwak), dan lain-lain. 

Patut pula dicacat bahwa Farmasi Islam telah memperkenalkan kurang lebih 2000 bahan obat baru termasuk adas manis, kayu manis, cengkeh, senna, kamper, cendana, musk, cassia, asam, pala, aconite, dan merkuri. Mereka juga telah memperkenalkan ganja sebagai obat bius (untuk tujuan anastesi). Untuk pengembangan bentuk-bentuk sediaan obat untuk pertamakalinya mereka sudah mengembangkan bentuk sediaan berupa sirup, pil, elixir, permen, tinktur, dan inhalansi. Apoteker Muslim ketika itu telah mulai melakukan penyelidikan ilmiah tentang komposisi, dosis, penggunaan, dan efek terapi obat (Zakaria Virk dalam Muslim Contribution to Pharmacy).  Sebagai contoh dapat dicermati dari sebuah pernyataan yang dikutip dari Rhazes “When the disease is stronger than the natural resistance of the patient, medicine is of no use. When the patient’s resistance is stronger than the disease, the physician is of no use. When the disease and the patient’s resistance are equally balanced, the physician is needed to help tilt the balance in the patients favour”. (Saad, B. 2014) 

 BERSAMBUNG KE BAGIAN KEEMPAT
------------------------------------------------------

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.