Sunday 2 February 2014

Program Sarapan Siswa di Sekolah


Program Sarapan Siswa di Sekolah
Oleh : Andi Himyatul Hidayah




Sarapan sehat harus didukung dengan pemahaman jenis makanan dan  minuman bergizi dan bernutrisi yang sesuai terutama bagi anak usia sekolah. Di berbagai negara maju gerakan sarapan sehat melibatkan institusi sekolah melalui program yang mereka sebut The School Breakfast Program (SBP). Melalui artikel singkat ini penulis mencoba menawarkan gagasan sejauh mana keterlibatan institusi sekolah dalam mendukung pentingnya sarapan sehat bagi anak usia sekolah (6 – 18 tahun).

Hal umum kita jumpai bahwa minum segelas teh dengan penganan di pagi hari seringkali sudah cukup dianggap sarapan.  Sebagian orang tua berpikir simpel bila hal itu dianggap tidak cukup, maka  mereka membekali putra-pitrinya dengan uang jajan untuk mereka di sekolah. Itu pula yang sering menjadi solusi ketika anak-anak kerap kali tidak berselera dengan menu sarapan pagi di rumah.

Karena itu, ada baiknya bila institusi sekolah berperan aktif dalam mengembangkan program sarapan siswa di sekolah, sebagaimana yang telah dikembangkan di negara-negara maju. Hal ini untuk memastikan peserta didik telah sarapan sehat sebelum memulai kegiatan belajar di pagi hari. Untuk menjalankan program ini dimana orang tua siswa dapat bekerjasama dengan pihak sekolah.

Program yang dikelola oleh sekolah dalam program sarapan siswa harus dapat mempertimbangkan higienitas,  nilai kecukupan gizi, dan tetap ekonomis. Toh, makanan dan minuman bernutrisi  tidak selalu harus mahal.  Orang tua siswa dapat dilibatkan untuk mengontrol program ini melalui komite sekolah.

Anak-anak yang tidak sempat sarapan di rumah karena berbagai alasan harus diikutkan dalam program sarapan di sekolah.  Hal ini dapat memberikan beberapa keuntungan. Pertama, menyiapkan nutrisi esensial bagi anak-anak dan remaja. Kedua, mendukung  kesehatan yang prima dan meningkatkan prestasi belajar bagi peserta didik. Ketiga, sebagai bentuk sosialisasi antar siswa di sekolah. Keempat, meningkatkan partisipasi dan keterlibatan pihak sekolah dalam program sarapan sehat.

Program sarapan siswa di sekolah sebagaimana yang telah disebutkan di atas belum banyak diterapkan oleh sekolah-sekolah di Indonesia. Penyediaan kantin sehat di sekolah adalah hal yang baik, tapi program sarapan di sekolah harus dikelola secara institusional di bawah koordinasi pimpinan dan guru sekolah. Program ini memerlukan perencanaan bahkan bila memungkinkan melibatkan konsultan gizi.

Untuk mendorong terselenggaranya program ini diperlukan kolaborasi antara pihak sekolah, orang tua siswa, pengelola kantin dan stakeholder.  Sebagai langkah awal diperlukan survei terhadap kebiasaan makanan anak-anak, sementara juga menjamin waktu makan yang menggabungkan selera anak/remaja dengan nutrisi yang sesuai.

Hal ini juga dapat menjadi bagian dari  kegiatan pendidikan yang merangsang indera dan mendorong siswa untuk lebih memahami makanan mereka. Baik dari kualitas rasa,  sumber dan metode pengolahannya. Orang tua siswa terutama ibu-ibu yang dilibatkan dalam program ini akan menerima manfaat yang sama. Pendidikan buat orang tua untuk juga dapat diterapkan di rumah masing-masing. Sekolah juga didorong untuk meningkatkan kualitas dan keberlanjutan pelayanan kantin mereka dan mengevaluasi pengelolaannya secara berkala.  

Di saat bersamaan kita masih cukup miris melihat kondisi kantin sekolah sebagaimana fakta yang ditemukan pada sekolah-sekolah di Indonesia. Mengutip Harian Pelita, Senin 18 Februari 2013, dimana berdasarkan hasil penelitian tentang sekolah sehat yang dilakukan Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Depdiknas 2007 bahwa sekitar 84,30 persen kantin dari 640 sekolah di 20 provinsi di Indonesia belum memenuhi syarat kesehatan. Hal ini dikemukan oleh Prof. Siti Madanijah, dosen Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB pada Seminar kantin sehat di Kampus IPB Darmaga, 17 Pebruari 2013.

Keberadaan kantin sehat di sekolah telah menjadi program pemerintah. Sejumlah peraturan diterbitkan guna melaksanakan program tersebut diantaranya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39/2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. Demikian pula pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP, pasal 42 ayat 2 mengatur bahwa setiap satuan pendidikan wajib memilki sarana dan prasarana antara lain ruang kantin.  

Namun, gagasan program sarapan sekolah tentu relatif baru di kalangan masyarakat kita.  Walaupun sesungguhnya program ini dapat berjalan seiring dengan pembinaan kantin sekolah menuju kantin sehat. Program sarapan sekolah lebih kepada bentuk pembinaan kepada pelajar akan arti pentingnya pembiasaan sarapan untuk mewujudkan generasi sehat, cerdas dan tangguh.

Konsepnya bisa diawali dengan melakukan percontohan dengan mengajak orang tua siswa untuk mengikutkan putra-putrinya dalam program sarapan sekolah. Tentu prioritasnya adalah pelajar yang kesulitan sarapan di rumah karena berbagai alasan.

Secara ekonomi program ini akan menguntungkan orang tua siswa. Sebagai contoh bila seorang anak harus dibekali Rp. 5000,- perhari untuk jajan, maka uang itu bisa dialihkan untuk program sarapan sekolah. Bahkan biaya yang dikeluarkan bisa lebih kecil karena menu sehat yang terencana tidak selalu harus mahal.

Perencanaan menu untuk program sarapan sekolah akan membantu untuk mengontrol kualitas dan biaya makanan yang disajikan meliputi antara lain : nilai gizi makanan, jenis makanan yang paling tepat, seberapa sering makanan itu harus disediakan, dan kriteria gizi untuk mengidentifikasi makanan yang harus dibatasi.

Kriteria makanan dan minuman dalam perencanaan menu sarapan sehat dibuat dalam tiga kategori yakni green (harus ada), amber (diseleksi secara hati-hati) dan red (kategori makanan dan minuman yang harus dihindari). Sebagai contoh  sedapat mungkin menghindari menu  makanan berlemak tinggi dan minuman soft drink dengan kandungan  gula yang tinggi.

Program sarapan sekolah dapat melibatkan pengelola kantin sekolah, tapi perencanaan daftar menu harian dibuat oleh tim sekolah yang didasarkan pada hasil evaluasi dari sebuah survei. Waktu sarapan bisa diatur saat jam istirahat pertama, tapi akan lebih baik bila sebelum jam pelajaran pertama. Gairah dan selera anak akan tercipta dalam suasana  yang lebih rekreatif. Dan, dari sinilah proses pendidikan itu dimulai.

Keuntungan lain dari program sarapan sekolah selain yang telah dikemukakan di atas adalah membantu orang tua menghindarkan anak dari jajanan yang tidak sehat ketika di sekolah. Penelitian di berbagai negera menunjukkan bahwa kantin sekolah yang menjajakan makanan dan minuman tidak sehat berkontribusi terhadap penyakit gigi, obesitas dan masalah kesehatan lainnya. Sementara di lain pihak makanan dan minuman yang sehat terutama di saat sarapan menunjukkan hubungan yang signifikan dengan hasil pembelajaran yang positif bagi siswa di sekolah.

Tentu saja program ini tidak seluruhnya dapat diterapkan bagi sekolah-sekolah di Indonesia karena alasan keterbatasan. Tapi membangun kepedulian akan arti pentingnya pemenuhan gizi sehat bagi peserta didik sebagai generasi bangsa menjadi awal yang baik. Pembenahan dan pembinaan kantin-kantin sekolah oleh instansi pemerintah yang terkait menjadi sangat diperlukan. Selanjutnya sekolah-sekolah yang memungkinkan untuk dapat menerapkan program sarapan sekolah (The School Breakfast Program) agar didorong dan dibina sebagai proyek percontohan.

Bagaimana pun gerakan sarapan sehat sejatinya dimulai dari rumah.  Namun, institusi sekolah diharapkan juga dapat berperan dengan menyediakan kantin sehat dan mengembangkan program sarapan siswa di sekolah untuk pemenuhan sarapan bergizi secara rutin bagi anak usia sekolah. Membangun generasi  sehat, cerdas dan tangguh menjadi tanggungjawab bersama. @ Andi Himyatul Hidayah

Inilah Generasi Harapan Bangsa :
foto : Siswa SD di Indonesian School of Kuala Lumpur


No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.