Program Sarapan Siswa di Sekolah
Oleh
: Andi Himyatul Hidayah
Baca artikel
sebelumnya : Peduli Pentingnya Siswa Sarapan Sehat Dimulai dari Kesadaran Ibu-Ibu
Sarapan
sehat harus didukung dengan pemahaman jenis makanan dan minuman bergizi dan bernutrisi yang sesuai
terutama bagi anak usia sekolah. Di berbagai negara maju gerakan sarapan sehat melibatkan
institusi sekolah melalui program yang mereka sebut The School Breakfast Program (SBP). Melalui artikel singkat ini penulis
mencoba menawarkan gagasan sejauh mana keterlibatan institusi sekolah dalam mendukung
pentingnya sarapan sehat bagi anak usia sekolah (6 – 18 tahun).
Hal
umum kita jumpai bahwa minum segelas teh dengan penganan di pagi hari seringkali
sudah cukup dianggap sarapan. Sebagian
orang tua berpikir simpel bila hal itu dianggap tidak cukup, maka mereka membekali putra-pitrinya dengan uang
jajan untuk mereka di sekolah. Itu pula yang sering menjadi solusi ketika anak-anak
kerap kali tidak berselera dengan menu sarapan pagi di rumah.
Karena
itu, ada baiknya bila institusi sekolah berperan aktif dalam mengembangkan
program sarapan siswa di sekolah, sebagaimana yang telah dikembangkan di
negara-negara maju. Hal ini untuk memastikan peserta didik telah sarapan sehat sebelum
memulai kegiatan belajar di pagi hari. Untuk menjalankan program ini dimana orang
tua siswa dapat bekerjasama dengan pihak sekolah.
Program
yang dikelola oleh sekolah dalam program sarapan siswa harus dapat
mempertimbangkan higienitas, nilai kecukupan
gizi, dan tetap ekonomis. Toh, makanan dan minuman bernutrisi tidak selalu harus mahal. Orang tua siswa dapat dilibatkan untuk
mengontrol program ini melalui komite sekolah.
Anak-anak
yang tidak sempat sarapan di rumah karena berbagai alasan harus diikutkan dalam
program sarapan di sekolah. Hal ini
dapat memberikan beberapa keuntungan. Pertama, menyiapkan nutrisi esensial bagi
anak-anak dan remaja. Kedua, mendukung
kesehatan yang prima dan meningkatkan prestasi belajar bagi peserta didik.
Ketiga, sebagai bentuk sosialisasi antar siswa di sekolah. Keempat,
meningkatkan partisipasi dan keterlibatan pihak sekolah dalam program sarapan
sehat.
Program
sarapan siswa di sekolah sebagaimana yang telah disebutkan di atas belum banyak
diterapkan oleh sekolah-sekolah di Indonesia. Penyediaan kantin sehat di
sekolah adalah hal yang baik, tapi program sarapan di sekolah harus dikelola
secara institusional di bawah koordinasi pimpinan dan guru sekolah. Program ini memerlukan perencanaan
bahkan bila memungkinkan melibatkan konsultan gizi.
Untuk
mendorong terselenggaranya program ini diperlukan kolaborasi antara pihak
sekolah, orang tua siswa, pengelola kantin dan stakeholder. Sebagai langkah awal diperlukan survei
terhadap kebiasaan makanan
anak-anak, sementara juga
menjamin waktu makan yang menggabungkan selera anak/remaja dengan nutrisi yang sesuai.
Hal
ini juga dapat menjadi bagian dari kegiatan pendidikan yang merangsang indera dan
mendorong siswa untuk
lebih memahami makanan mereka. Baik
dari kualitas rasa, sumber dan metode pengolahannya. Orang tua siswa terutama ibu-ibu yang
dilibatkan dalam program ini akan menerima manfaat yang sama. Pendidikan buat
orang tua untuk juga dapat diterapkan di rumah masing-masing. Sekolah juga didorong untuk meningkatkan kualitas dan
keberlanjutan pelayanan kantin mereka dan mengevaluasi pengelolaannya
secara berkala.
Di saat
bersamaan kita masih cukup miris melihat kondisi kantin sekolah sebagaimana fakta
yang ditemukan pada sekolah-sekolah di Indonesia. Mengutip Harian Pelita, Senin
18 Februari 2013, dimana berdasarkan hasil penelitian tentang sekolah sehat
yang dilakukan Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Depdiknas 2007 bahwa sekitar 84,30 persen kantin dari 640
sekolah di 20 provinsi di Indonesia belum memenuhi syarat kesehatan. Hal ini
dikemukan oleh Prof. Siti Madanijah, dosen Departemen Gizi
Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB pada Seminar kantin sehat di Kampus IPB
Darmaga, 17 Pebruari 2013.
Keberadaan kantin sehat di sekolah
telah menjadi program pemerintah. Sejumlah peraturan diterbitkan guna
melaksanakan program tersebut diantaranya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 39/2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. Demikian pula pada Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP, pasal 42 ayat 2 mengatur bahwa
setiap satuan pendidikan wajib memilki sarana dan prasarana antara lain ruang
kantin.
Namun, gagasan program sarapan
sekolah tentu relatif baru di kalangan masyarakat kita. Walaupun sesungguhnya program ini dapat
berjalan seiring dengan pembinaan kantin sekolah menuju kantin sehat. Program
sarapan sekolah lebih kepada bentuk pembinaan kepada pelajar akan arti
pentingnya pembiasaan sarapan untuk mewujudkan generasi sehat, cerdas dan
tangguh.
Konsepnya bisa diawali dengan
melakukan percontohan dengan mengajak orang tua siswa untuk mengikutkan
putra-putrinya dalam program sarapan sekolah. Tentu prioritasnya adalah pelajar
yang kesulitan sarapan di rumah karena berbagai alasan.
Secara ekonomi program ini akan
menguntungkan orang tua siswa. Sebagai contoh bila seorang anak harus dibekali
Rp. 5000,- perhari untuk jajan, maka uang itu bisa dialihkan untuk program sarapan
sekolah. Bahkan biaya yang dikeluarkan bisa lebih kecil karena menu sehat yang
terencana tidak selalu harus mahal.
Perencanaan
menu untuk program sarapan
sekolah akan
membantu untuk mengontrol kualitas dan biaya makanan yang disajikan meliputi antara lain : nilai gizi
makanan, jenis makanan yang paling tepat, seberapa sering makanan itu harus
disediakan, dan kriteria gizi untuk mengidentifikasi makanan yang harus
dibatasi.
Kriteria makanan dan minuman dalam
perencanaan menu sarapan sehat dibuat dalam tiga kategori yakni green (harus ada), amber (diseleksi secara hati-hati) dan red (kategori makanan dan minuman yang harus dihindari). Sebagai
contoh sedapat mungkin menghindari menu makanan berlemak tinggi dan minuman soft drink
dengan kandungan gula yang tinggi.
Program sarapan sekolah dapat
melibatkan pengelola kantin sekolah, tapi perencanaan daftar menu harian dibuat
oleh tim sekolah yang didasarkan pada hasil evaluasi dari sebuah survei. Waktu
sarapan bisa diatur saat jam istirahat pertama, tapi akan lebih baik bila sebelum
jam pelajaran pertama. Gairah dan selera anak akan tercipta dalam suasana yang lebih rekreatif. Dan, dari sinilah proses
pendidikan itu dimulai.
Keuntungan lain dari program sarapan
sekolah selain yang telah dikemukakan di atas adalah membantu orang tua
menghindarkan anak dari jajanan yang tidak sehat ketika di sekolah. Penelitian
di berbagai negera menunjukkan bahwa kantin sekolah yang menjajakan makanan dan
minuman tidak sehat berkontribusi terhadap penyakit gigi, obesitas dan masalah kesehatan
lainnya. Sementara di lain pihak makanan dan minuman yang sehat terutama di
saat sarapan menunjukkan hubungan yang signifikan dengan hasil pembelajaran
yang positif bagi siswa di sekolah.
Tentu
saja program ini tidak seluruhnya dapat diterapkan bagi sekolah-sekolah di
Indonesia karena alasan keterbatasan. Tapi membangun kepedulian akan arti
pentingnya pemenuhan gizi sehat bagi peserta didik sebagai generasi bangsa
menjadi awal yang baik. Pembenahan dan pembinaan kantin-kantin sekolah oleh instansi
pemerintah yang terkait menjadi sangat diperlukan. Selanjutnya sekolah-sekolah
yang memungkinkan untuk dapat menerapkan program sarapan sekolah (The School Breakfast Program) agar didorong dan dibina sebagai proyek percontohan.
Bagaimana
pun gerakan sarapan sehat sejatinya dimulai dari rumah. Namun, institusi sekolah diharapkan juga dapat
berperan dengan menyediakan kantin sehat dan mengembangkan program sarapan
siswa di sekolah untuk pemenuhan sarapan bergizi secara rutin bagi anak usia
sekolah. Membangun generasi sehat, cerdas
dan tangguh menjadi tanggungjawab bersama. @
Andi Himyatul Hidayah
Inilah Generasi Harapan Bangsa :
foto : Siswa SD di Indonesian School of Kuala Lumpur
foto : Siswa SD di Indonesian School of Kuala Lumpur
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.