Thursday 12 December 2013

Mengenal Keberagaman Malaysia dari Rumah Susun



MENGENAL KEBERAGAMAN MALAYSIA
DARI RUMAH SUSUN


Oleh : Andi Himyatul Hidayah


Belum begitu lama kami tinggal di Kuala Lumpur. Baru setahun, tepatnya sejak di penghujung September 2012 ketika menyertai suami yang sedang melanjutkan studi PhD-nya di salah satu universitas terkemuka di Malaysia. Walaupun tentu hanya sementara, tapi tidak pernah berharap dan membayangkan akan tinggal di kota ini. Berada di tempat yang secara kultural mayoritas masyarakatnya dalam rumpun melayu membuat kami tidak menemukan masalah yang serius dalam berinteraksi dengan lingkungan yang baru. Lagi pula di Kuala Lumpur, dan di Malaysia pada umumnya tidak sulit menemukan orang Indonesia.

Masyarakat Indonesia yang ingin melancong ke Luar Negeri, tentulah Malaysia yang akan menjadi tujuan pelancongan yang cukup terjangkau. Bahkan kadang-kadang dengan transportasi udara bisa lebih murah bila dibandingkan dari Makassar ke Jakarta. Pengalaman keluarga saya di Makassar yang berdomisili di Aceh lebih memilih menumpang pesawat tertentu dari Aceh-Makassar melalui Kuala Lumpur. Ini bukan promosi karena saya tak punya kepentingan untuk itu. Lanjut …

Satu hal yang manarik bahwa sejak dari masa penjajahan Inggeris hingga saat ini dimana di Malaysia, dan di Kuala Lumpur pada khususnya, berdiam beberapa etnik (ethnic groups) yang hidup berdampingan secara rukun. Berdasarkan data demografi yang dirilis Indexmundi, di Malaysia terdapat etnik Malay 50.4%, Chinese 23.7%, indigenous 11%, Indian 7.1%, lain-lain 7.8% (2004 est.). Ketiga etnik terbesar; Melayu, Cina dan India/Tamil menjadi warna tersendiri dari 1Malaysia yang berpenduduk 29,179,952 (July 2012 est.).

Awal berada di Malaysia dalam beberapa bulan pertama beruntung masih bisa menumpang di rumah saudara kandung yang kebetulan lebih dulu berada di Malaysia. Mencari tempat tinggal yang strategis dan sesuai kantong keluarga mahasiswa tidaklah begitu mudah. Apalagi dalam Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur yang segalanya serba mahal.

Dengan hunting rumah sewa yang sesuai, akhirnya kami menemukan tempat tinggal di sebuah Flat (rumah susun) yang letaknya berhadapan railway station, sebuah stasiun komuter (train). Komuter inilah yang merupakan public transportation andalan di kota Kuala Lumpur disamping bus kota. Flat yang berhadapan dengan railway station cukup membantu terutama dalam urusan antar-jemput salah seorang putri kami yang duduk di kelas IV SD di Indonesian School of Kuala Lumpur atau akrab disebut SIKL (Sekolah Indonesia Kuala Lumpur). Lokasi SIKL juga berdampingan railway station, Stasiun Putra.

Konsep rumah susun berdasarkan fasilitasnya, yang seperti juga di negara-negara lain terdiri dari tiga tingkatan yaitu flat, apartment, dan condominium. Di Malaysia, tinggal di rumah susun tidak hanya diminati oleh warga asing (foreigner), tapi juga oleh masyarakat tempatan (warga negara). Type flat (gambar atas) yang kami tempati termasuk ketagori paling sederhana di Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur dengan dua kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi, ruang dapur, dan gudang penyimpanan. Itu termasuk type rumah susun (flat) dengan sewa bervariasi antara RM 400 – RM 800 per bulan (sekitar Rp 1.400.000 – Rp. 2.800.000), bergantung fasilitas dan jarak dari pusat kota. Untuk kategori apartment dan condominium dimana biaya sewa bisa sampai beberapa kali lipat, dan hanya dapat dijangkau oleh pekerja professional untuk warga Indonesia yang berdomisili di Malaysia.

Khusus untuk warga tempatan dimana Kerajaan Malaysia mengadakan Program Perumahan Rakyat (PPR) rumah susun yang benar-benar murah, nyaman (selesa) dan merupakan program subsidi Kerajaan bagi warga. Ada dua kategori PPR yaitu PPR Disewa (PPRS) dan PPR Dimiliki (PPRM) yang diperuntukkan khusus warga negara, dan tidak untuk warga asing termasuk bila sekedar untuk menyewa. Semua rumah yang dibina di bawah kedua-dua program PPR Dimiliki dan PPR Disewa akan menggunakan spesifikasi perancangan dan rekabentuk perumahan kos rendah yang ditetapkan dalam Standard Perumahan Kebangsaan Bagi Perumahan Kos Rendah Rumah Pangsa (CIS2). Model ini sangat tepat untuk kota padat dan rawan banjir seperti Jakarta. Salah satu bangunan PPR seperti dapat dilihat pada gambar berikut, (foto  diambil dari balik jendela flat tempat kami bermukim) 


Semua jenis perumahan baik PPR maupun perumahan awam (umum) dikelola oleh sebuah management. Kategori flat yang kami tempati termasuk perumahan awam (umum). Dalam urusan sewa menyewa dimana calon penyewa cukup berhubungan dengan pihak management sehingga tidak harus berhubungan langsung dengan pemilik rumah. Dengan begitu penyewa akan dikenakan harga yang lebih besar dari harga yang seharusnya dari pemilik rumah. Bahkan seringkali melalui pihak ketiga yang bermain sebagai agent perseorangan (semacam calo) maupun sebagai agent pemasaran yang terlembaga. Agent perseorangan bisa berasal dari warga flat itu sendiri yang ingin mendapatkan keuntungan sewa bulanan dari calon penyewa baru. Seringkali pemilik rumah tak ambil peduli, mereka hanya ingin terima beres. Walaupun ada juga pemilik rumah yang tidak ingin mendelegasikan urusan sewa menyewa rumah miliknya ke pihak agent.

Kebersihan dan keamanan gedung rumah susun sangat terpelihara dibawa pengelolaan management masing-masing. Hal kebersihan dan keamanan ini menjadi ketentuan pejabat Bandaraya (Kota), termasuk kelayakan huni gedung rumah susun. Pejabat Bandaraya akan mengeluarkan semacam surat peringatan kepada pengelola perumahan (management) bila ditemukan tidak sesuai ketentuan. Termasuk kelengkapan infrastruktur seperti air bersih, penerangan dan lift.

Banyak suka duka yang teralami, dan bagaimana mengenal keberagaman Malaysia dari rumah susun. Berinteraksi dengan keragaman masyarakat Kuala Lumpur dari berbagai etnik dan masyarakat pendatang menjadi satu pengalaman yang unik. Etnik Melayu, Cina dan India/Tamil walaupun umumnya dapat berbahasa Melayu dan Inggeris, tetapi kepada sesama etnik tetap memelihara bahasa masing-masing. Dalam keberagaman mereka menjunjung tinggi kerukunan dalam Konsep 1Malaysia. @ Andi Himyatul Hidayah


*****************

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.