MENGENAL KEBERAGAMAN MALAYSIA
DARI RUMAH SUSUN
Oleh
: Andi Himyatul Hidayah
Belum begitu lama kami tinggal di
Kuala Lumpur. Baru setahun, tepatnya sejak di penghujung September 2012 ketika
menyertai suami yang sedang melanjutkan studi PhD-nya di salah satu universitas
terkemuka di Malaysia. Walaupun tentu hanya sementara, tapi tidak pernah
berharap dan membayangkan akan tinggal di kota ini. Berada di tempat yang
secara kultural mayoritas masyarakatnya dalam rumpun melayu membuat kami tidak
menemukan masalah yang serius dalam berinteraksi dengan lingkungan yang baru.
Lagi pula di Kuala Lumpur, dan di Malaysia pada umumnya tidak sulit menemukan
orang Indonesia.
Masyarakat Indonesia yang ingin
melancong ke Luar Negeri, tentulah Malaysia yang akan menjadi tujuan pelancongan
yang cukup terjangkau. Bahkan kadang-kadang dengan transportasi udara bisa
lebih murah bila dibandingkan dari Makassar ke Jakarta. Pengalaman keluarga
saya di Makassar yang berdomisili di Aceh lebih memilih menumpang pesawat
tertentu dari Aceh-Makassar melalui Kuala Lumpur. Ini bukan promosi karena saya
tak punya kepentingan untuk itu. Lanjut …
Satu hal yang manarik bahwa sejak
dari masa penjajahan Inggeris hingga saat ini dimana di Malaysia, dan di Kuala
Lumpur pada khususnya, berdiam beberapa etnik (ethnic groups) yang hidup
berdampingan secara rukun. Berdasarkan data demografi yang dirilis Indexmundi,
di Malaysia terdapat etnik Malay 50.4%, Chinese 23.7%, indigenous
11%, Indian 7.1%, lain-lain 7.8% (2004 est.). Ketiga etnik terbesar;
Melayu, Cina dan India/Tamil menjadi warna tersendiri dari 1Malaysia
yang berpenduduk 29,179,952 (July 2012 est.).
Awal berada di Malaysia dalam
beberapa bulan pertama beruntung masih bisa menumpang di rumah saudara kandung
yang kebetulan lebih dulu berada di Malaysia. Mencari tempat tinggal yang
strategis dan sesuai kantong keluarga mahasiswa tidaklah begitu mudah. Apalagi
dalam Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur yang segalanya serba mahal.
Dengan hunting rumah sewa
yang sesuai, akhirnya kami menemukan tempat tinggal di sebuah Flat (rumah
susun) yang letaknya berhadapan railway station, sebuah stasiun komuter
(train). Komuter inilah yang merupakan public transportation
andalan di kota Kuala Lumpur disamping bus kota. Flat yang berhadapan
dengan railway station cukup membantu terutama dalam urusan antar-jemput
salah seorang putri kami yang duduk di kelas IV SD di Indonesian School of
Kuala Lumpur atau akrab disebut SIKL (Sekolah Indonesia Kuala Lumpur).
Lokasi SIKL juga berdampingan railway station, Stasiun Putra.
Konsep rumah susun berdasarkan
fasilitasnya, yang seperti juga di negara-negara lain terdiri dari tiga
tingkatan yaitu flat, apartment, dan condominium. Di Malaysia,
tinggal di rumah susun tidak hanya diminati oleh warga asing (foreigner),
tapi juga oleh masyarakat tempatan (warga negara). Type flat (gambar
atas) yang kami tempati termasuk ketagori paling sederhana di Wilayah
Persekutuan Kuala Lumpur dengan dua kamar tidur, ruang tamu, kamar mandi, ruang
dapur, dan gudang penyimpanan. Itu termasuk type rumah susun (flat)
dengan sewa bervariasi antara RM 400 – RM 800 per bulan (sekitar Rp 1.400.000 –
Rp. 2.800.000), bergantung fasilitas dan jarak dari pusat kota. Untuk kategori apartment
dan condominium dimana biaya sewa bisa sampai beberapa kali lipat, dan
hanya dapat dijangkau oleh pekerja professional untuk warga Indonesia yang
berdomisili di Malaysia.
Khusus untuk warga tempatan dimana
Kerajaan Malaysia mengadakan Program Perumahan Rakyat (PPR) rumah susun yang
benar-benar murah, nyaman (selesa) dan merupakan program subsidi
Kerajaan bagi warga. Ada dua kategori PPR yaitu PPR Disewa (PPRS) dan PPR
Dimiliki (PPRM) yang diperuntukkan khusus warga negara, dan tidak untuk warga
asing termasuk bila sekedar untuk menyewa. Semua rumah yang dibina di bawah
kedua-dua program PPR Dimiliki dan PPR Disewa akan menggunakan spesifikasi
perancangan dan rekabentuk perumahan kos rendah yang ditetapkan dalam Standard
Perumahan Kebangsaan Bagi Perumahan Kos Rendah Rumah Pangsa (CIS2). Model ini
sangat tepat untuk kota padat dan rawan banjir seperti Jakarta. Salah satu
bangunan PPR seperti dapat dilihat pada gambar berikut, (foto diambil
dari balik jendela flat tempat kami bermukim)
Semua jenis perumahan baik PPR
maupun perumahan awam (umum) dikelola oleh sebuah management. Kategori
flat yang kami tempati termasuk perumahan awam (umum). Dalam urusan sewa
menyewa dimana calon penyewa cukup berhubungan dengan pihak management
sehingga tidak harus berhubungan langsung dengan pemilik rumah. Dengan begitu
penyewa akan dikenakan harga yang lebih besar dari harga yang seharusnya dari
pemilik rumah. Bahkan seringkali melalui pihak ketiga yang bermain sebagai
agent perseorangan (semacam calo) maupun sebagai agent pemasaran yang
terlembaga. Agent perseorangan bisa berasal dari warga flat itu sendiri
yang ingin mendapatkan keuntungan sewa bulanan dari calon penyewa baru.
Seringkali pemilik rumah tak ambil peduli, mereka hanya ingin terima beres.
Walaupun ada juga pemilik rumah yang tidak ingin mendelegasikan urusan sewa
menyewa rumah miliknya ke pihak agent.
Kebersihan dan keamanan gedung rumah
susun sangat terpelihara dibawa pengelolaan management masing-masing.
Hal kebersihan dan keamanan ini menjadi ketentuan pejabat Bandaraya (Kota),
termasuk kelayakan huni gedung rumah susun. Pejabat Bandaraya akan mengeluarkan
semacam surat peringatan kepada pengelola perumahan (management) bila
ditemukan tidak sesuai ketentuan. Termasuk kelengkapan infrastruktur seperti
air bersih, penerangan dan lift.
Banyak suka duka yang teralami, dan
bagaimana mengenal keberagaman Malaysia dari rumah susun. Berinteraksi dengan
keragaman masyarakat Kuala Lumpur dari berbagai etnik dan masyarakat pendatang
menjadi satu pengalaman yang unik. Etnik Melayu, Cina dan India/Tamil walaupun
umumnya dapat berbahasa Melayu dan Inggeris, tetapi kepada sesama etnik tetap
memelihara bahasa masing-masing. Dalam keberagaman mereka menjunjung tinggi
kerukunan dalam Konsep 1Malaysia. @ Andi Himyatul Hidayah
*****************
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.