Friday 23 May 2014

Kenangan Taufiq Ismail Terhadap Chrisye



Kenangan Taufiq Ismail Terhadap Chrisye

_____________________


KUALA LUMPUR – Andi Himyatul Hidayah. Hari ini, 23 Mei 2014, saya telah membaca postingan di sebuah status FB oleh Ustadz Dimyati Ahmad, seorang pembelajar yang tengah mengikuti program PhD di Turki. Beliau menuliskan segores kisah yang sangat mengharu biru : Kenangan Taufiq Ismail Terhadap Chrisye. Subehanallah, bagaimana seorang Chrisye merasakan getaran dalam kalbunya ketika mencoba merilis sebuah lagu yang lirik lagunya dinukil oleh Taufiq Ismail dari pesan al-Qur’an surat Yaasiin 65 : Ketika Tangan dan Kaki Berkata. Sebuah kisah luar biasa yang turut menggetarkan batin saya.

Berikut ini, saya menyajikan penuturan tertulis Ustadz Dimyati Ahmad secara utuh -- tentu dengan izin -- dimana saya melihat pesan kebaikan di balik cerita ini, dan semoga menjadi syiar bagi siapa pun yang membacanya. Paling tidak menjadi catatan dan renungan buat diri pribadi. Merenungi sejenak akan datangnya suatu hari dimana mulut kita ditutup. Tak ada lagi kata, tak ada lagi suara. Akan menjadi masa dimana tangan dan kaki kita bersaksi atas apa yang telah kita usahakan. Demikianlah air mata Chrisye berderai membayangkan akan datangnya hari itu. Hari ketika mulut kita benar-benar dikunci.

*****************

Demikian kisahnya : Suatu saat, Chrisye minta Taufiq Ismail untuk menuliskan syair religi untuk satu lagunya. Dan disanggupi sebulan. Ternyata, minggu pertama macet, tidak ada ide. Minggu kedua macet, ketiga macet hingga menjelang hari terakhir masih juga tidak ada ide. Taufiq gelisah dan berniat menelpon Chrisye dan bilang: Chris maaf, macet, ujar Taufiq.

Malam harinya, Taufiq mengaji. Ketika sampai ayat 65 surat Yaasiin dia berhenti. Makna ayat ini tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa, kata Taufiq. Dan segera dia pindahkan pesan ayat tersebut ke dalam lirik-lirik lagu. Ketika pita rekaman itu sudah di tangan Chrisye, terjadi hal yang tidak biasa. Ketika berlatih di kamar, baru dua baris Chrisye menangis, mencoba lagi, menangis lagi. Dan begitu berkali-kali.

Menurut Chrisye, lirik yang dibuat adalah satu-satunya lirik paling dahsyat sepanjang karirnya. Ada kekuatan misterius yang mencekam dan menggetarkan. Setiap menyanyi dua baris, air mata sudah membanjir. Yanti, istri Chrisye, sampai syok melihat hal tidak biasa tersebut. Lirik lagu tersebut begitu merasuk kalbu dan menghadapkan kenyataan betapa manusia tidak berdaya ketika hari akhir tiba.

Sepanjang malam dia gelisah, lalu ditelponlah Taufiq dan diceritakan kegelisahannya. Taufiq mengatakan bahwa lirik lagu tersebut diilhami surat Yaasiin: 65. Disarankan kepada Chrisye, agar tenang. Di studio rekaman hal itu terjadi lagi. Chrisye mencoba, tetapi baru dua baris sudah menangis. Dan berulang kali hasilnya sama.

Erwin Gutawa yang menunggu sampai senewen. Yanti lalu shalat untuk khusus mendoakannya. Akhirnya dengan susah payah, Chrisye berhasil menyanyikannya hingga selesai. Rekaman itu sekali jadi, tidak diulang karena Chrisye tak sanggup menyanyikannya lagi.

**************

Hikmah : al-Qur'an adalah sastra agung yang sanggup menggetarkan hati yang bening. Umar bin Khaththab yang garang dan menghunus pedang akan membunuh Rasulullah saw berubah lunglai dan bercucuran air mata ketika mendengar ayat-ayat surat Thaaha. Rasulullah juga menangis tersedu-sedu hingga Shubuh ketika membaca surat Ali Imran: 190-191.

Bagaimana dengan kita ? Mengapa hati ini tidak bergetar ? Mungkin tidak paham bahasa Arab. Mungkin tidak punya rasa seni sehingga jiwa ini susah tersentuh karya indah. Mungkin hati ini kotor sehingga gelombang hati kita gak nyambung dengan gelombang Allah yang Maha Suci. Atau bahkan kita memiliki ketiga-tiganya

Note:
ﺍﻟْﻴَﻮْﻡَ ﻧَﺨْﺘِﻢُ ﻋَﻠَﻰٰ ﺃَﻓْﻮَﺍﻫِﻬِﻢْ ﻭَﺗُﻜَﻠِّﻤُﻨَﺎ ﺃَﻳْﺪِﻳﻬِﻢْ ﻭَﺗَﺸْﻬَﺪُ ﺃَﺭْﺟُﻠُﻬُﻢْ ﺑِﻤَﺎ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳَﻜْﺴِﺒُﻮﻥَ

"Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan" [QS. Yaasiin(36): 65]

***********************

KETIKA TANGAN DAN KAKI BERKATA
Lirik  : Taufiq Ismail
Lagu  : Chrisye

Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lagi

Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya

Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggungjawab tiba

Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Dijalan cahaya
Sempurna

Mohon karunia
Kepada kami
Hamba-Mu yang hina

********************








Monday 12 May 2014

Mengenal Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)


MENGENAL HIPERTENSI
(Tekanan Darah Tinggi)

Oleh : Andi Surya Amal


Andi Himyatul Hidayah’s Note : Hipertensi atau lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi dapat menjadi indikator bagi para klinisi dalam mendiagnosa berbagai gangguan penyakit. Berikut ini saya sajikan satu artikel ringan Mengenal Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi). Sebuah artikel ilmiah populer yang disajikan dengan bahasan yang sederhana. Ditulis oleh my husband (Andi Surya Amal). Semoga bermanfaat.

________________________________


Pemeriksaan tekanan darah pertama kali dilakukan oleh Reverend Stephen Hales, dengan mengukur tekanan darah seekor kuda yang telah ditelentangkan dan diikat, dimasukkan tabung tembaga ke dalam arteria crurisnya. Percobaan ini dilakukan pada tahun 1711. Pada tahun 1928 Jean Pisevielle mengukur tekanan darah tikus dengan manometer mercury.

Baru pada permulaan abad ke 20, Riva Rocci mengukur tekanan darah manusia dengan alat Sphygmomanometer yang serupa dengan alat pengukur tekanan darah pada waktu sekarang. Tekanan sistolis ditentukan pada waktu hilangnya tekanan nadi yang dirabanya dengan tangan pada waktu pengisian cuff dengan udara. Pada tahun 1905 Korotkoff menganjurkan pengukuran tekanan darah secara auskultatif seperti sekarang, dengan stetoskop.

Penemuan ini menjadi terobosan dalam dunia kedokteran sebagai upaya kesinambungan dalam menegakkan diagnosis berbagai penyakit yang berhubungan dengan tekanan darah.

Secara garis besar terdapat dua macam kelainan tekanan darah, antara lain yang dikenal sebagai hipertensi (tekanan darah tinggi), dan hipotensi (tekanan darah rendah). Pada umumnya yang lebih banyak dihubungkan dengan kelainan tekanan darah adalah hipertensi, sedangkan hipotensi seringkali dihubungkan dengan syok.

Hipertensi merupakan penyakit yang prevalensinya cukup tinggi, diderita oleh 10% penduduk di negara-negara maju. Disamping itu adanya efek dari hipertensi sebagai risiko terjadinya kerusakan pada organ sasaran, seperti jantung, pembuluh darah otak, pembuluh darah perifer, ginjal dan retina menarik perhatian untuk kemudian diadakan riset serta penyebar luasan informasi berkenaan dengan berbagai aspek hipertensi.

HIPERTENSI

Jantung kita seringkali disamakan dengan suatu pompa. Bila jantung menguncup (kontraksi), maka dengan pesat darah dipompa keluar dan masuk ke dalam pembuluh nadi besar (aorta) dengan tekanan yang agak kuat. Dari sini darah kemudian dialirkan ke dalam arteri-arteri dan arteriole-arteriole lainnya secara berangsur-angsur dengan tekanan yang lebih ringan. Tekanan ini adalah perlu agar supaya darah mencapai seluruh organ-organ dan jaringan-jaringan serta dapat mengalir kembali ke jantung melalui vena-vena.

Tekanan terhadap dinding-dinding elastis dari arteri-arteri dapat diukur dengan satu alat pengukur khusus, tekanan darah yang diperoleh biasanya dinyatakan sebagai mmHg (raksa), dapat dibedakan antara tekanan darah (TD) sistolik yakni tensi di arteriole-arteriole pada waktu jantung menguncup (sistolik), dan tekanan diastole yakni setelah jantung kendor kembali. Jelaslah bahwa TD sistolik selalu lebih tinggi daripada TD diastolik.

Kriteria tekanan darah tinggi ditentukan oleh adanya kenaikan tekanan darah sistolik dan atau diastolik. Tekanan darah sistolik yang normal rata-rata 120 mmHg dan diastolik rata-rata 80 mmHg dengan variasi yang tinggi yang masih dapat dikatakan normal untuk sistolik sebesar 130-140 mmHg, dan untuk diastolik sampai 90 mmHg. Walaupun demikian ada yang menyatakan bahwa tekanan darah sebesar 140/90 mmHg sudah dimasukkan kategori tekanan darah tinggi ringan atau “Mild Hay Pretension”.

Pada umumnya dapat disimpulkan bahwa tekanan darah yang sistolik lebih dari 160 mmHg, dan diastolik lebih dari 95 mmHg dianggapnya abnormal, dan tekanan darah yang sistolik kurang dari 140 mmHg dan diastolik kurang dari 90 mmHg masih dalam keadaan normal. (WHO)

Klasifikasi hipertensi dibedakan berdasarkan tinginya TD, derajat kerusakan organ dan etiologinya. Sebagai gambaran klasifikasi  menurut The Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, Amerika Serikat dalam laporannya yang ke-6 pada tahun 1997 dan ke-7 pada tahun 2003 pada penderita 18 tahun ke atas sebagai berikut :


Merujuk pada JNC-7 (2003) di atas, maka kategori hipertensi dibagi atas; Normal (TDD < 80 mmHg dan TDS < 120 mmHg), Pre-Hipertensi (TDD 80 - 89 mmHg dan TDS 120 – 139 mmHg), Hipertensi Tingkat 1 (TDD 90-99 mmHg dan TDS 140 – 159 mmHg), Hipertensi Tingkat 2 (TDD ≥ 100 mmHg dan TDS ≥ 160 mmHg).

Klasifikasi tekanan darah tinggi menurut etiologinya dibagi menjadi ; (1) Hipertensi esensial/primer, dan (2) Hipertensi sekunder.

Hipertensi esensial/primer dapat didefinisikan sebagai suatu tekanan darah tinggi yang tidak diketahui penyebabnya atau tanpa tanda-tanda kelainan organ di dalam tubuh. Diduga berhubungan erat dengan kacaunya sistem pengendalian tekanan darah melalui saraf, humoral dan hemodinamik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fisiogenesis hipertensi esensial adalah keturunan atau adanya bakat genetik dan pengaruh faktor luar seperti makanan yang banyak mengandung alkohol atau ‘soft water’ yang banyak mengandung natrium. Di lain pihak faktor emosi atau psikososial yang lainnya dapat berperan lebih dominan terhadap fisiogenesis hipertensi esensial.

Hipertensi sekunder adalah tekanan darah tinggi yang penyebabnya dapat diidentifikasi. Penyebab hipertensi ini terdiri dari kelainan organik seperti penyakit ginjal, kelainan pada corteks adrenalis, feokromositoma, dan toksemia gravidarum serta adanya pemakaian obat-obatan sejenis dengan kortikosteroid.

Dalam praktek klinik tidak jarang dijumpai hipertensi sekunder berubah menjadi suatu hipertensi maligna yang sukar diobati. Tanda-tandanya meliputi tekanan diastolik lebih dari 120 mmHg, disertai komplikasi pada mata berupa pendarhan retina dengan/tanpa papiledema, pendarahan otak, kegagalan jantung, dan kegagalan fungsi ginjal yang berat.

Regulasi Tekanan Darah

Tubuh memiliki suatu sistem untuk mengatur tingginya tensi, yakni sistem renin-angiotensin. Sel-sel tertentu dari ginjal dapat memprodusir hormon renin, yang dilepaskannya bilamana TD di glomeruli menurun. Hal ini terjadi bila jumlah darah yang mengalir melalui ginjal berkurang, misalnya karena menurunnya volume darah atau karena penciutan setempat dari arteri ginjal.

Dalam darah renin bergabung dengan suatu zat protein tertentu dengan menghasilkan argiotensin yang antara lain memiliki khasiat meninggikan TD sebagimana neurohormon noradrenalin (vasokonstriksi) atau dengan jalan sekresi hormon aldosteron dengan retensi natrium dan naiknya volume darah – sebaliknya TD yang dipertinggi merintangi pelepasan labih lanjut dari renin oleh ginjal sehingga terjadinya keseimbangan.

Disamping regulasi hormonal tersebut masih terdapat beberapa faktor fisiologi yang dapat mempengaruhi TD, yakni (1) Volume pukulan jantung (cardiac output), yaitu jumlah darah yang ada pada setiap kontraksi dipompa keluar jantung. Semakin besar volume ini semakin tinggi TD. (2) Kekenyalan dinding-dinding arteri. Pembuluh-pembuluh yang dinding-dindingnya sudah mengeras karena endapan-endapan kolesterol dan lemak (arteriosclerosis) menyebabkan tekanan darah lebih tinggi daripada dinding yang masih elastis. (3) Terlepasnya neurohormon-neurohormon, antara lain adrenalin dan noradrenalin yang berhasil menciutkan pembuluh-pembuluh perifer hingga TD naik.

Pengobatan Hipertensi

Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas akibat TD tinggi. Ini berarti TD harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu fungsi ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup, sambil dilakukan pengendalian faktor-faktor risiko kardiovakuler lainnya. Telah terbukti bahwa makin rendah TD diastolik dan sistolik makin baik prognosisnya.

Pengobatan hipertensi pada penderita-penderita muda dan umur pertenghan adalah menurunkan tekanan darah sampai  kira-kira 120/80 mmHg kalau mungkin. Selain dengan antihipertensi, pengobatan hipertensi harus disertai dengan kontrol terhadap faktor risiko seperti : kontrol terhadap obesitas, menghentikan kebiasaan merokok, mengurangi asupan alkohol dan garam, kontrol terhadap kelainan metabolisme (seperti hiperlipidemia, diabetes mellitus).

Untuk terapi hipertensi telah beragam obat-obat pilihan yang penggunaannya selayaknya di bawah pengawasan dokter. Ada baiknya penulis memaparkan klasifikasi umum obat-obat antihipertensi sebagai berikut :

  1. Diuretika, meliputi : thiazid dan derivatnya (HCT, bendrofluazid, siklopentiazid, klortalidon, klopamin mefruzid, xipamid), serta loop diuretics (furosemid, bumetanid, asam etakrinat), dan potassium sparing diuretics (triamteren, spironolakton, amilorid). 
  2. Simpatolitik, meliputi : yang bekerja sentral (metildopa, klonidin, quanabenz, quanfasin), beta-bocker (propranolol, metoprolol, atenolol, asebutolol, nadolol oksprenolol), alpha-bolcker (prazosin, fenoksibenzamin, pentolamin), campuran antagonis alfa-beta (labetalol), obat penghambat ganglion (trimetafan). 
  3. ACE-Inhibitor (kaptopril, enalapril, lisinopril, ramipril, perindopril, quinapril, benazepril).

Efek-Efek Samping Obat-Obat Hipertensi

Praktis semua obat hipertensi menimbulkan efek-efek samping umum, misalnya hidung mampat (karena vasodilatasi mukosa), dan mulut kering, bradycardia (terkecuali hidralazin; justru tachycardia), rasa letih dan lesu, gangguan-gangguan lambung-usus (mual, diarrhea) dan penglihatan, adakalanya impotensi. Efek-efek ini seringkali bersifat sementara yang lenyap dalam waktu 1-2 minggu dan dapat dikurangi atau dihindarkan sama sekali dengan cara pentakaran khusus, yaitu mulai pengobatan dengan dosis rendah yang berangsur-angsur dinaikkan. Begitu pula waktu menelan obat, sebaiknya setelah makan terutama untuk yang bekerja keras agar kadar plasma tidak mencapai puncak-puncak tinggi (dengan akibat ortostatik)

Lebih serius adalah beberapa efak samping sebagai berikut : (1) hipotensi ortostatik, yakni turunnya TD lebih keras bila tubuh tegak (orto) daripada dalam keadaan berbaring. Efek  sampingnya ini adalah sangat hebat pada perintang-perintang ganglion dan lebih ringan pada simpatolitika lainnya dan zat-zat sentral, beta blockers tidak menimbulkan efek ini. (2) depresi, terutama pada obat-obat yang berkhasiat sentral, khususnya reserpin dan metildopa, juga banyak beta blockers, antara lain propranolol, alprenolol, dan metoprolol. (3) retensi garam dan air dengan bertambahnya berat badan atau dengan udema, antara lain reserpin, metildopa, hidralazin, quanetidin, dan perintang-perintang ganglion, efek samping ini dapat dilawan dengan mudah bila obat-obat ini dikombinasi dengan suatu diureika.

Tulisan ini semoga dapat memberikan gambaran tentang hipertensi (tekanan darah tinggi), dimana penyakit ini prevalensinya cukup tinggi. Penulis menyarankan perlunya pemeriksaan secara berkala, dan yang terpenting adalah melakukan upaya-upaya pencegahan dengan membiasakan pola hidup sehat, dan melakukan olah raga secara teratur. **********