Saturday 25 January 2014

Bila Dokter Menolak Terima Suap



Dokter, Perusahaan Farmasi dan ‘conspiracy of silent’ ?
(Bercermin pada Kasus GlaxoSmithKline)
Oleh : Andi Surya Amal 



(Oleh Andi Surya Amal, ditulis 18 Desember 2013) -- Belakangan ini muncul kembali sorotan terhadap promosi obat dari perusahaan farmasi yang diwakili oleh Medical Representative (atau Medical Sales Representative) terhadap tenaga kesehatan terutama kepada profesi dokter. Bahkan ada yang  berani melempar opini dengan mencurigainya sebagai praktek kolusi atau conspiracy of silent. Lebih jauh dianggapnya berpotensi masuk ke ranah korupsi. Namun, saya berusaha melihatnya dari sisi yang lebih arif agar issue ini tidak berujung pada sinyalemen berkepanjangan tanpa solusi yang pasti. Alih-alih tenaga kesehatan terutama dokter yang selalu jadi sasaran tembak. Padahal dimensi kepentingan berada di berbagai pihak.

Tentu pembaca sepekat dengan penulis bahwa marketing dan kegiatan promosi adalah elemen penting bagi tumbuh kembangnya sebuah perusahaan manufaktur. Demikian halnya dengan industri farmasi. Di Indonesia tercatat  kurang lebih 200 perusahaan farmasi yang memperebutkan pasar domestik. Kuantitas yang demikian besar melahirkan tingkat persaingan (kompetisi) yang sangat tajam dalam memperebutkan pasar. Hal ini tentu akan berdampak pada tingginya investasi perusahaan dalam bidang promosi. Dan, patut dicatat bahwa perusahaan farmasi menghitung biaya promosi ke dalam biaya produksi. (Baca selengkapnya Klik : next)

-----------------------------------

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.