Dokter,
Perusahaan Farmasi dan ‘conspiracy of silent’ ?
(Bercermin pada Kasus GlaxoSmithKline)
Oleh : Andi Surya Amal
(Oleh Andi Surya Amal, ditulis 18 Desember
2013) -- Belakangan ini muncul kembali sorotan terhadap promosi obat dari perusahaan
farmasi yang diwakili oleh Medical
Representative (atau Medical Sales
Representative) terhadap tenaga kesehatan terutama kepada profesi dokter.
Bahkan ada yang berani melempar opini
dengan mencurigainya sebagai praktek kolusi atau conspiracy of silent. Lebih jauh dianggapnya berpotensi masuk ke
ranah korupsi. Namun, saya berusaha melihatnya dari sisi yang lebih arif agar
issue ini tidak berujung pada sinyalemen berkepanjangan tanpa solusi yang
pasti. Alih-alih tenaga kesehatan terutama dokter yang selalu jadi sasaran
tembak. Padahal dimensi kepentingan berada di berbagai pihak.
Tentu pembaca sepekat
dengan penulis bahwa marketing dan kegiatan promosi adalah elemen penting bagi
tumbuh kembangnya sebuah perusahaan manufaktur. Demikian halnya dengan industri
farmasi. Di Indonesia tercatat kurang lebih
200 perusahaan farmasi yang memperebutkan pasar domestik. Kuantitas yang
demikian besar melahirkan tingkat persaingan (kompetisi) yang sangat tajam
dalam memperebutkan pasar. Hal ini tentu akan berdampak pada tingginya
investasi perusahaan dalam bidang promosi. Dan, patut dicatat bahwa perusahaan farmasi menghitung biaya
promosi ke dalam biaya produksi. (Baca selengkapnya Klik : next)
-----------------------------------
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.