Catatan
Tersimpan :
Putra-Putri Kembarku di Ultah yang Pertama
Kawan-kawan Blogger dimanapun anda
berada, kenalkan nama kami -- Andi ‘Ulayyah Mu’tazzah Billah -- dan -- Andi
‘Ali Mu’tazz Billah --. Teman-teman dan sodara-sodara memanggil kami dengan
Nada dan Fairuz. Kami tak lupa mengucap syukur atas karunia kesehatan yang
diberikan oleh Allah SWT hingga di usia kami yang kini genap satu tahun. Kami
adalah kembaran. Kata orang kami adalah kembar emas, dan lahir di Tahun Kabisat
29 Februari 2008. Tahun ini dan Insya Allah di dua tahun mendatang kami sulit
menentukan hari yang tepat untuk ngerayain hari ultah kami. Kata mama, kami
harus bersabar menanti tiga tahun lagi untuk bisa ngerayain ultah kami tepat di
29 Februari. Tapi kami tetap bersyukur atas keistimewaan yang Allah beri di
tanggal kelahiran kami, 29 Februari yang hanya bisa ketemu sekali dalam empat
tahun.
Tapi mengapa ya tidak setiap tahun
terdapat 29 Februari dan tahun kabisat itu apaan, sih ? Kata papa nih, dan
menurut wikipedia, Tahun Kabisat
adalah sebuah Tahun Syamsiah di mana
tidak terdiri dari 365 hari tetapi 366 hari. Satu tahun syamsiah tidak
secara persis terdiri dari 365 hari, tetapi 365 hari, 5 jam, 48 menit dan 45,1814 detik. Jika hal ini
tidak dihiraukan, maka setiap empat tahun akan kekurangan hampir satu hari. Maka
untuk mengkompensasi hal ini setiap empat tahun sekali (tahun yang bisa dibagi
empat), diberi satu hari ekstra: 29 Februari. Tetapi karena 5 jam, 48 menit dan 45,1814 detik kurang dari 6
jam, maka tahun-tahun yang bisa dibagi 100 (seperti tahun 1900), bukan tahun
kabisat, kecuali bisa dibagi dengan 400 (seperti tahun 2000). Tahun Kabisat
menurut definisi
ini ada sejak diluncurkannya kalender
Gregorian.
Nah, sekarang sudah jelas kan mengapa
tidak semua tahun tidak terdapat 29 Februari. Meskipun kami yakin kalau kawan-kawan
Blogger juga sudah pada tahu, tapi bagi kami pengetahuan ini penting banget.
Soalnya nih, ada sebagian orang yang mencoba membuat interpretasi menjadi ramalan
yang rada-rada aneh. Bagi yang lahir di tahun kabisat dan tepat di 29 Februari
nantinya jadi beginilah atau jadi begitulah. Padahal kedudukan semua waktu sama
aja di hadapan Allah. Dan, nasib seseorang berpulang atas kehendak-Nya jua. Karena
itu kami berharap doa dari semua, biar
kami jadi anak yang sholeh dan sholeha dan kelak jadi orang yang berguna bagi
agama, bangsa dan negara. Amien…
Tapi ngomong-ngomong gimana dong kami harus ngerayain hari ulang
tahun kami ? Apa kami harus menunggu empat tahun sekali, nih ? Di ulang tahun kami
yang pertama, emang sedianya papa-mama akan ngerayain di 28 Februari 2009, tapi
kan sayang kurang sehari. Kalau di 1 Maret bulannya sudah tidak sesuai. Tapi ya
sudah, karena yang terpenting Papa-Mama sayang sama kami, kakak-kakak sayang
sama kami, kakek-nenek sayang sama kami, paman-tante sayang sama kami. Kawan-kawan Blogger juga sayang sama kami, bukan ?
Oh ya, kami juga mau share soal
sodara-sodara kami. Kakak kandung kami ada tiga, namanya Kakak Ean (Rayhan),
Kakak Icha (Ghariza), dan Kakak Nonie (Khansa). Kakak Ean baru kelas IV SD. Orangnya
pintar. Meskipun dia egois, suka ngatur, dan selalu mau menang sendiri tapi dia
tetap kakak yang baik. Sebagai kakak sulung, Kakak Ean suka iseng, maculle’ dan
kadang-kadang jail sama Kakak Icha dan Kakak Nonie meskipun hanya sekedar
bergurau atawa hanya ‘ece-ece’.
Kakak Icha lain lagi, dia kakak kami
yang cerewet, suka protes tapi tetap nyenengin karena lucu dan suka humor meskipun seringkali suka
ngomel-ngomel alias ‘moro-moro’ terutama bila dapat giliran jaga kami. Kata
Kakak Icha, “cappe deh !”. Tidak jarang bila Kakak Icha dapat tugas mendadak
dari mama untuk mengayun kami, dari balik ayunan terasa ada yang aneh dan
mengganggu. Kami berharap Kakak Icha menyanyikan lagu nina bobo seperti yang
biasa kami dengar dari mama, tapi lagu yang terdengar sangat berisik dan
mengganggu tidur kami. Ee, bukannya lagu
nina bobo, tapi Kakak Icha lagi nangis-nangis sambil ngomel-ngomel (orang bugis
bilang, ‘mammoro-moro’). Gimana kami bisa tidur ? He he he …..
Kakak Nonie cuek abis, tapi dia bukan
malas tapi usianya memang tidak terpaut jauh dari kami. Kakak Nonie masih TK,
kerjaannya main melulu sambil coret-coret. Kakak Nonie jago menggambar dan dia
pernah juara menggambar dan mewarnai. Dia bangga sekali dapat piala. Kakak Nonie
selalu menjaga piala miliknya Tapi beberapa waktu lalu ketika papa
bersih-bersih tanpa sengaja piala Kakak Nonie tersentuh, terjatuh dan ujung
tropinya patah. Kakak Nonie marah dan nangis minta ganti rugi. Idih, Kakak
Nonie lucu, ya ?
Sodara-sodara sepupu kami juga banyak.
Beberapa dari mereka bahkan belum pernah ketemuan. Soalnya berjauhan dengan
kota kami, terutama yang di Kuala
Lumpur, Aceh dan Cikampek. Meskipun mereka jauh, tapi kami yakin mereka sayang
dan rindu kami. Ada Kakak Jehan, Kakak Abdussalam, Kakak Deniz dan Kakak Iffah
di KL. Yang di Aceh ada Kakak Zilal dan Ade Haniya. Tak lupa juga yang di
Cikampek ada Kakak Satria dan Kakak Sakti. Semoga umur panjang dan seperti
janji papa dan mama, kami akan dibawanya jalan-jalan mengunjungi kota-kota.
Makasih juga buat sepupu-sepupu lainnya yang tidak bisa kami sebutkan
satu-satu, sekalipun kami masih bisa bertemu dengan mereka setiap saat. Mereka juga sayaaang banget sama
kami. Makasih ya semuanya……
Rasanya tak lengkap tanpa celoteh soal
tempat lahir kami. Kami lahir dan hingga kini tinggal di Kota Makassar, satu
kota di penghujung selatan pulau Sulawesi - Indonesia. Cerita dari papa-mama,
kalau Kota Makassar dikenal juga dengan sebutan Kota Angingmamiri. Ada lagunya
pula, lagu angingmamiri yang sudah menjadi lagu Nusantara. Kami selalu berharap mama
menyanyikan lagu ini buat kami.
Kata mama lagi nih, Makassar dulunya bernama Ujungpandang, tapi
karena nama Makassar memiliki nilai historis yang tidak bisa dipisahkan secara
kultural dengan kehidupan masyarakatnya sejak dahulu kala sehingga dikembalikanlah
nama itu menjadi Kota Makassar. Dahulu,
masyarakat Makassar dan wilayah-wilayah sekitarnya dikenal sebagai
masyarakat bahari. Dengan perahu pinisi mereka (orang-orang bugis-makassar)
dengan gagah berani mengarungi laut nusantara, bahkan hingga ke mancanegara.
Tidak sulit menemukan orang-orang bugis-makassar yang kini berdiam dan menetap
di hampir seluruh wilayah nusantara bahkan di mancanegara. Tidak sedikit pula dari
mereka sukses sebagai saudagar di rantau.
Meskipun mereka telah sukses dan telah
berbaur dengan masyarakat di rantau tapi mereka tetap menaruh perhatian dengan
daerah asalnya. Berkunjung ke Kota Makassar jangan lupa jalan-jalan ke Pantai
Losari. Menikmati suasana pantai kota yang indah sambil menikmati jajanan khas
bugis-makassar. Yuk, mari ke Makassar !
Maaf ya, kawan-kawan …. kalau celotehan kami jadi ngawur
ngidul ………….
Makassar, 28 Februari 2009
@ Salam dari kami,
sebagai catatan tersimpan pada doa yang tak terputus Demikian, tulisan akan selalu meninggalkan jejak. Untukku, untuk kami, dan untuk mereka.
No comments:
Post a Comment
Note: only a member of this blog may post a comment.