Tuesday 7 January 2014

Catatan Bukti Cinta pada Putra-Putri Kembarku

Catatan Tersimpan : 
Putra-Putri Kembarku di Ultah yang Pertama




Kawan-kawan Blogger dimanapun anda berada, kenalkan nama kami -- Andi ‘Ulayyah Mu’tazzah Billah -- dan -- Andi ‘Ali Mu’tazz Billah --. Teman-teman dan sodara-sodara memanggil kami dengan Nada dan Fairuz. Kami tak lupa mengucap syukur atas karunia kesehatan yang diberikan oleh Allah SWT hingga di usia kami yang kini genap satu tahun. Kami adalah kembaran. Kata orang kami adalah kembar emas, dan lahir di Tahun Kabisat 29 Februari 2008. Tahun ini dan Insya Allah di dua tahun mendatang kami sulit menentukan hari yang tepat untuk ngerayain hari ultah kami. Kata mama, kami harus bersabar menanti tiga tahun lagi untuk bisa ngerayain ultah kami tepat di 29 Februari. Tapi kami tetap bersyukur atas keistimewaan yang Allah beri di tanggal kelahiran kami, 29 Februari yang hanya bisa ketemu sekali dalam empat tahun.

Tapi mengapa ya tidak setiap tahun terdapat 29 Februari dan tahun kabisat itu apaan, sih ? Kata papa nih, dan menurut wikipedia, Tahun Kabisat adalah sebuah Tahun Syamsiah di mana tidak terdiri dari 365 hari tetapi 366 hari. Satu tahun syamsiah tidak secara persis terdiri dari 365 hari, tetapi 365 hari, 5 jam, 48 menit dan 45,1814 detik. Jika hal ini tidak dihiraukan, maka setiap empat tahun akan kekurangan hampir satu hari. Maka untuk mengkompensasi hal ini setiap empat tahun sekali (tahun yang bisa dibagi empat), diberi satu hari ekstra: 29 Februari. Tetapi karena 5 jam, 48 menit dan 45,1814 detik kurang dari 6 jam, maka tahun-tahun yang bisa dibagi 100 (seperti tahun 1900), bukan tahun kabisat, kecuali bisa dibagi dengan 400 (seperti tahun 2000). Tahun Kabisat menurut definisi ini ada sejak diluncurkannya kalender Gregorian.  

Nah, sekarang sudah jelas kan mengapa tidak semua tahun tidak terdapat 29 Februari. Meskipun kami yakin kalau kawan-kawan Blogger juga sudah pada tahu, tapi bagi kami pengetahuan ini penting banget. Soalnya nih, ada sebagian orang yang mencoba membuat interpretasi menjadi ramalan yang rada-rada aneh. Bagi yang lahir di tahun kabisat dan tepat di 29 Februari nantinya jadi beginilah atau jadi begitulah. Padahal kedudukan semua waktu sama aja di hadapan Allah. Dan, nasib seseorang berpulang atas kehendak-Nya jua. Karena itu  kami berharap doa dari semua, biar kami jadi anak yang sholeh dan sholeha dan kelak jadi orang yang berguna bagi agama, bangsa dan negara. Amien…
   
Tapi ngomong-ngomong  gimana dong kami harus ngerayain hari ulang tahun kami ? Apa kami harus menunggu empat tahun sekali, nih ? Di ulang tahun kami yang pertama, emang sedianya papa-mama akan ngerayain di 28 Februari 2009, tapi kan sayang kurang sehari. Kalau di 1 Maret bulannya sudah tidak sesuai. Tapi ya sudah, karena yang terpenting Papa-Mama sayang sama kami, kakak-kakak sayang sama kami, kakek-nenek sayang sama kami, paman-tante sayang sama kami. Kawan-kawan Blogger juga sayang sama kami, bukan ?

Oh ya, kami juga mau share soal sodara-sodara kami. Kakak kandung kami ada tiga, namanya Kakak Ean (Rayhan), Kakak Icha (Ghariza), dan Kakak Nonie (Khansa). Kakak Ean baru kelas IV SD. Orangnya pintar. Meskipun dia egois, suka ngatur, dan selalu mau menang sendiri tapi dia tetap kakak yang baik. Sebagai kakak sulung, Kakak Ean suka iseng, maculle’ dan kadang-kadang jail sama Kakak Icha dan Kakak Nonie meskipun hanya sekedar bergurau atawa hanya ‘ece-ece’.

Kakak Icha lain lagi, dia kakak kami yang cerewet, suka protes tapi tetap nyenengin karena lucu dan suka humor meskipun seringkali suka ngomel-ngomel alias ‘moro-moro’ terutama bila dapat giliran jaga kami. Kata Kakak Icha, “cappe deh !”. Tidak jarang bila Kakak Icha dapat tugas mendadak dari mama untuk mengayun kami, dari balik ayunan terasa ada yang aneh dan mengganggu. Kami berharap Kakak Icha menyanyikan lagu nina bobo seperti yang biasa kami dengar dari mama, tapi lagu yang terdengar sangat berisik dan mengganggu tidur kami. Ee, bukannya  lagu nina bobo, tapi Kakak Icha lagi nangis-nangis sambil ngomel-ngomel (orang bugis bilang, ‘mammoro-moro’). Gimana kami bisa tidur ? He he he …..

Kakak Nonie cuek abis, tapi dia bukan malas tapi usianya memang tidak terpaut jauh dari kami. Kakak Nonie masih TK, kerjaannya main melulu sambil coret-coret. Kakak Nonie jago menggambar dan dia pernah juara menggambar dan mewarnai. Dia bangga sekali dapat piala. Kakak Nonie selalu menjaga piala miliknya Tapi beberapa waktu lalu ketika papa bersih-bersih tanpa sengaja piala Kakak Nonie tersentuh, terjatuh dan ujung tropinya patah. Kakak Nonie marah dan nangis minta ganti rugi. Idih, Kakak Nonie lucu, ya ?

Sodara-sodara sepupu kami juga banyak. Beberapa dari mereka bahkan belum pernah ketemuan. Soalnya berjauhan dengan kota kami, terutama yang  di Kuala Lumpur, Aceh dan Cikampek. Meskipun mereka jauh, tapi kami yakin mereka sayang dan rindu kami. Ada Kakak Jehan, Kakak Abdussalam, Kakak Deniz dan Kakak Iffah di KL. Yang di Aceh ada Kakak Zilal dan Ade Haniya. Tak lupa juga yang di Cikampek ada Kakak Satria dan Kakak Sakti. Semoga umur panjang dan seperti janji papa dan mama, kami akan dibawanya jalan-jalan mengunjungi kota-kota. Makasih juga buat sepupu-sepupu lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu-satu, sekalipun kami masih bisa bertemu dengan mereka  setiap saat. Mereka juga sayaaang banget sama kami. Makasih ya semuanya……
   
Rasanya tak lengkap tanpa celoteh soal tempat lahir kami. Kami lahir dan hingga kini tinggal di Kota Makassar, satu kota di penghujung selatan pulau Sulawesi - Indonesia. Cerita dari papa-mama, kalau Kota Makassar dikenal juga dengan sebutan Kota Angingmamiri. Ada lagunya pula, lagu angingmamiri yang sudah menjadi lagu  Nusantara. Kami selalu berharap mama menyanyikan lagu ini buat kami.

Kata mama lagi nih,  Makassar dulunya bernama Ujungpandang, tapi karena nama Makassar memiliki nilai historis yang tidak bisa dipisahkan secara kultural dengan kehidupan masyarakatnya sejak dahulu kala sehingga dikembalikanlah nama itu menjadi Kota Makassar. Dahulu,  masyarakat Makassar dan wilayah-wilayah sekitarnya dikenal sebagai masyarakat bahari. Dengan perahu pinisi mereka (orang-orang bugis-makassar) dengan gagah berani mengarungi laut nusantara, bahkan hingga ke mancanegara. Tidak sulit menemukan orang-orang bugis-makassar yang kini berdiam dan menetap di hampir seluruh wilayah nusantara bahkan di mancanegara. Tidak sedikit pula dari mereka sukses sebagai saudagar di rantau.
 
Meskipun mereka telah sukses dan telah berbaur dengan masyarakat di rantau tapi mereka tetap menaruh perhatian dengan daerah asalnya. Berkunjung ke Kota Makassar jangan lupa jalan-jalan ke Pantai Losari. Menikmati suasana pantai kota yang indah sambil menikmati jajanan khas bugis-makassar. Yuk, mari ke Makassar !    

Maaf ya, kawan-kawan …. kalau celotehan kami jadi ngawur ngidul …………. 

Makassar, 28 Februari 2009
@ Salam dari kami, sebagai catatan tersimpan pada doa yang tak terputus Demikian, tulisan akan selalu meninggalkan jejak. Untukku, untuk kami, dan untuk mereka.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.